REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut NASA, tahun lalu adalah tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan bulan Juli menjadi bulan terpanas yang pernah tercatat sejak tahun 1880. Musim panas tahun lalu adalah tahun terpanas di Bumi sejak pencatatan global dimulai pada tahun 1880, dengan gabungan suhu pada bulan Juni, Juli, dan Agustus sebesar 0,23 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan musim panas lainnya.
Dilansir Gizchina, Selasa (16/1/2024), temuan ini diumumkan oleh NASA dan NOAA, serta analisisnya menggunakan data permukaan yang mencakup suhu permukaan laut yang diukur dengan kapal dan pelampung.
Menurut analisis NASA, suhu rata-rata permukaan Bumi mencapai rekor tertinggi tahun lalu. Para ilmuwan di Goddard Institute for Space Studies (GISS) melaporkan bahwa suhu global tahun lalu sekitar 1,2 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata selama periode referensi NASA (1951-1980).
“Laporan suhu global NASA dan NOAA menegaskan apa yang dialami miliaran orang di seluruh dunia tahun lalu: Kita sedang menghadapi krisis iklim,” kata Administrator NASA Bill Nelson. “Dari panas ekstrem, kebakaran hutan, hingga naiknya permukaan air laut, kita bisa melihat perubahan yang terjadi di planet ini.”
Temperatur yang memecahkan rekor pada musim panas tahun lalu mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan di dunia nyata, termasuk suhu yang sangat panas di Arizona dan seluruh dunia, kebakaran hutan di Kanada, dan banjir ekstrem di Eropa dan Asia. Cuaca ekstrem mengancam kehidupan dan penghidupan di seluruh dunia.
Ratusan juta orang di seluruh dunia mengalami suhu yang sangat tinggi tahun lalu. Setiap bulan dari bulan Juni hingga Desember mencetak rekor dunia untuk bulan-bulan yang bersangkutan. Juli adalah bulan terpanas yang pernah tercatat.
“Pemanasan luar biasa yang kita alami belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia,” kata Direktur GISS Gavin Schmidt. “Hal ini terutama disebabkan oleh emisi bahan bakar fosil dan menyebabkan gelombang panas, hujan deras, dan dampak seperti banjir pesisir.”
Meskipun para ilmuwan memiliki bukti kuat bahwa tren pemanasan jangka panjang di bumi disebabkan oleh aktivitas manusia, mereka terus mempelajari fenomena lain yang mungkin mempengaruhi perubahan iklim tahunan atau multi-tahun, seperti El Niño, aerosol dan polusi, serta letusan gunung berapi.
NASA mengumpulkan catatan suhunya, yang dikenal sebagai GISTEMP, dari data suhu udara permukaan. Catatan suhu NASA menunjukkan bahwa suhu rata-rata permukaan Bumi telah meningkat sedikit lebih dari satu derajat Celsius sejak tahun 1880.
Sembilan tahun terakhir ini merupakan tahun terpanas sejak pencatatan modern dimulai pada tahun 1880. Menurut analisis suhu yang dipimpin oleh para ilmuwan di GISS NASA, rata-rata suhu global di Bumi telah meningkat setidaknya 1,1 derajat Celcius.
Berdasarkan analisis Carbon brief, terdapat kemungkinan 99 persen bahwa tahun lalu akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Probabilitasnya serupa di beberapa kumpulan data resmi dari NASA GISTEMP, NOAA, dan Barkeley Earth.
Namun, berdasarkan model saat ini, tahun lalu mungkin tidak akan bertahan lama. Sebab, ada satu dari tiga kemungkinan tahun ini akan lebih panas.
NASA telah mempelajari dampak pemanasan global dan memperkirakan perubahan suhu di masa depan. Menurut penelitian yang dipimpin NASA jika suhu global terus meningkat dan mencapai dua derajat Celcius di atas suhu pra-industri, masyarakat di seluruh dunia akan menghadapi berbagai dampak perubahan iklim secara bersamaan, dengan konsekuensi yang serius.
Para ilmuwan memiliki keyakinan tinggi bahwa suhu global akan terus meningkat selama beberapa dekade. Hal ini terutama disebabkan oleh gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.