Selasa 16 Jan 2024 19:57 WIB

Industri TV Nasional Diminta Adaptif Hadapi Disrupsi

Pelaku industri televisi harus merumuskan ulang strategi bisnis.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menilai pelaku industri televisi perlu beradaptasi dengan perubahan. (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menilai pelaku industri televisi perlu beradaptasi dengan perubahan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menilai pelaku industri televisi yang tergabung dalam Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) perlu beradaptasi dengan memanfaatkan peluang disrupsi digital.

"Selama dua dekade setelah Undang-Undang Penyiaran pada tahun 2001, ada banyak perubahan yang sangat signifikan di lanskap industri media televisi, terutama karena munculnya faktor-faktor digital menggeser pola konsumsi dan perilaku konsumen media," ujar Nezar dalam rilis pers, Selasa (16/1/2024).

Baca Juga

Hal itu dikatakannya dalam acara pelantikan pengurus ATVSI Periode 2023-2026 di Jakarta Pusat, Selasa. Menurut Nezar, disrupsi teknologi yang menjadikan perubahan penyiaran terestrial menjadi digital membawa banyak konsekuensi, salah satunya berkaitan dengan iklan.

Hal tersebut, sama seperti yang terjadi di Thailand lima tahun lalu, ketika negara itu melakukan peralihan siaran analog ke digital. "Pertumbuhan iklannya stagnan atau tetap, tidak ada pertumbuhan yang signifikan, pemainnya bertambah," ujarnya.

Oleh karena itu, Nezar menilai pelaku industri televisi harus merumuskan ulang strategi bisnis. Apalagi kehadiran platform digital bukan hanya mendistribusikan konten yang ada di televisi, tetapi menjadi bagian dari produksi konten yang bersaing dengan yang dihasilkan oleh televisi.

“Mereka harus merumuskan kembali strategi bisnisnya. Karena apa? Iklannya bertambah, pemainnya banyak. Akhirnya menimbulkan mana yang paling kuat, kreatif, adaptif, bisa bertahan,” ucap dia.

Namun demikian, Wamen Nezar optimistis sektor industri hiburan akan bisa berkembang sebagai salah satu disrupsi bagi televisi siaran, termasuk dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan.

Dia melihat kecenderungan di dunia saat ini pertumbuhan iklan untuk konten-konten hiburan dan konten-konten media digital naik cukup signifikan, terlebih dengan perkembangan teknologi yang bisa menghasilkan konten-konten dengan biaya yang lebih murah.

Data Statista 2023 menunjukkan pengguna layanan televisi secara global diproyeksikan akan mencapai 5,7 miliar pengguna di tahun 2027, atau setara dengan pertumbuhan tahunan 3,66 persen di rentang tahun 2023 sampai dengan 2027.

Kondisi itu berkontribusi pada pendapatan Industri TV dan video di tingkat global yang diperkirakan tumbuh per tahunnya sebesar 3,04 persen di tahun 2024-2028, mencapai 805,2 miliar dolar AS (Rp 12,5 kuadriliun), dengan segmen advertising sebagai sektor yang tumbuh signifikan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement