Selasa 16 Jan 2024 22:58 WIB

Berakhlak Mulia Bukan Soal Terlihat Alim, Tetapi Ini Sejumlah Keuntungannya

Akhlak mulia merupakan tuntunan Rasulullah SAW yang agung.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nashih Nashrullah
Berdzikir. Ilustrasi. Akhlak mulia merupakan tuntunan Rasulullah SAW yang agung
Foto: Thoudy Badai/Republika
Berdzikir. Ilustrasi. Akhlak mulia merupakan tuntunan Rasulullah SAW yang agung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Agama Islam memerintahkan kepada umatnya agar memiliki akhlak yang mulia. Allah SWT menyukai makhluknya yang berakhlak mulia. Seperti dalam firman Allah SWT surat al-Araf ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Baca Juga

Khużil-‘afwa wa'mur bil-‘urfi wa a‘riḍ ‘anil-jāhilīn(a).

Artinya: "Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh."

Menurut Tafsir Tahlili dalam Alquran Kemenag dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya agar berpegang teguh kepada prinsip umum tentang moral dan hukum. 

Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya agar berpegang teguh kepada akhlak mulia, pemaaf dan meminta sesuatu yang sukar kepada manusia sehingga berpotensi melenceng dari agama. Apa yang didapatkan dengan memiliki akhlak Islami?

Ahmad Muhammad al-Hufy dalam bukunya "Akhlak Nabi Muhammad Saw" mengatakan akhlak Islami mempunyai keistimewaan karena bersumber dari agama dan berporos pada takwa. Tujuan akhlak Islami berbeda dengab madzhab akhlak ciptaan manusia. 

Ahmad mengungkapkan setidaknya ada keistimewaan dari akhlak Islami yakni kebajikan mutlak, menyeluruh, kukuh dan stabil serta niscaya untuk dipatuhi. 

Akhlak Islami yang mulia tersebut muaranya adalah mewujudkan kebajikan, keadilan yang diiringi dengan kecintaan, perdamaian, kasih sayang, kebahagiaan serta takwa dan lain sebagainya. 

Kebahagiaan, kata Ahmad merupakan sesuatu yang diharapkan bagi mereka yang berakhlak mulia dan bertakwa. Kebahagiaan yang dimaksud yaitu berdampak luas yakni kebahagiaan yang melindungi perorangan dan umat, individu dan sosial. 

Rasulullah SAW sendiri sangat mencintai akhlak mulia. Ia merupakan manusia pilihan Allah SWT yang terbaik. Allah SWT bahkan mengutus Rasulullah SAW untuk memperbaiki akhlak manusia. Maka dari itu, Allah SWT mendidik langsung Rasulullah SAW sedari kecil. Alquran merupakan sumber akhlak Rasulullah SAW. Sa'd bin Hisyam menuturkan: 

فَقُلتُ : يَا أُمَّ المُؤمِنِينَ ! أَنبئِينِي عَن خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَت : أَلَستَ تَقرَأُ القُرآنَ ؟ قُلتُ : بَلَى .قَالَت : فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ القُرآنَ .قَالَ : فَهَمَمْتُ أَن أَقُومَ وَلَا أَسأَلَ أَحَدًا عَن شَيْءٍ حَتَّى أَمُوتَ

“Aku menghadapi Aisyah dan aku bertanya kepadanya tentang akhlak Rasulullah SAW.”

Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya

 

"Apakah kamu membaca Alquran?" Tanya balik Aisyah. "Ya. Aku membacanya," jawabku. Aisyah berkata, "Akhlak beliau adalah Alquran." Sa’ad berkata, “Sejak itu aku paham dan tidaklah aku berdiri sekalipun menanyakan perihal itu lagi kepada siapapun hingga aku wafat.”   

Itulah pegangan akhlak Islami yang dicontohkan Rasulullah SAW. Maka dari itu umat Islam menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup sekaligus menjalankan akhlak mulia sesuai tuntunan Islam. 

photo
Empat Makna Penting dalam Ayat Laqod Jaakum terkait Nabi Muhammad - (Republika)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement