REPUBLIKA.CO.ID, WULANGGITANG--Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius lima kilometer dari pusat erupsi.
Perubahan jarak rekomendasi dari empat kilometer ke lima kilometer itu merujuk pada peningkatan aktivitas visual dan kegempaan secara signifikan pada gunung dengan status Level IV (Awas) itu.
"Masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius lima kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki serta sektoral enam kilometer pada arah utara-timur laut," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan resmi yang diterima di Flores Timur, Rabu (17/1/2024).
PVMBG mencatat terjadi letusan dengan tinggi kolom erupsi mencapai 600 meter di atas puncak, berwarna putih hingga kelabu tebal condong ke arah utara dan timur laut pada Selasa (16/1/2024) pukul 20.58 WITA. Letusan itu disertai guguran lava pijar ke arah barat daya-barat sejauh dua kilometer dari pusat erupsi.
Selanjutnya pemantauan kegempaan pada hari yang sama dari pukul 00.00 WITA sampai 24.00 WITA mencatat adanya peningkatan kegempaan yang signifikan. Yaitu terekam 13 kali Gempa Awan Panas Guguran, 108 Gempa Letusan, 92 kali Gempa Guguran, 172 kali Gempa Low Frequency, 10 kali Gempa Tremor Harmonik, dan 1 kali Gempa Vulkanik Dalam. Pada pukul 20.58 WITA hingga 21.24 WITA juga terekam Gempa Tremor dengan amplitudo maksimum 47 mm.
Hendra mengatakan data kegempaan gunung juga menunjukkan peningkatan pada Gempa Low Frequency yang meningkat signifikan dalam menunjukkan pergerakan magma ke permukaan yang semakin intensif dalam waktu yang cukup singkat.
Hal itu pun diperkirakan akan meningkatkan volume lava di area kawah sehingga jarak luncur aliran lava maupun kejadian guguran dan awan panas akan meningkat pula.
Selanjutnya ada guguran lava ke arah baru yaitu barat daya-barat dengan jarak luncur dua kilometer yang menunjukkan aliran lava pada saat ini dapat terjadi ke segala arah mengingat terjadinya pergerakan magma ke permukaan yang sangat intensif.
"Dengan munculnya Gempa Tremor Harmonik menunjukkan pembentukan gas dalam konduit magma semakin meningkat sehingga dikhawatirkan akan meningkatkan eksplosivitas erupsi," kata Hendra.
Ia berpesan agar masyarakat tetap mengikuti arahan dan rekomendasi yang telah dikeluarkan. Masyarakat juga diimbau untuk tetap menggunakan masker dan mewaspadai potensi banjir lahan hujan.