Rabu 17 Jan 2024 09:37 WIB

AS Kembali Gelar Serangan ke Yaman

Houthi mengancam akan memperluas serangannya ke kapal-kapal AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pejuang dan anggota suku Houthi melakukan unjuk rasa menentang serangan AS dan Inggris di situs militer yang dikelola Houthi dekat Sanaa, Yaman, pada Ahad (14/1/2024).
Foto: AP Photo
Pejuang dan anggota suku Houthi melakukan unjuk rasa menentang serangan AS dan Inggris di situs militer yang dikelola Houthi dekat Sanaa, Yaman, pada Ahad (14/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Militer Amerika Serikat (AS) kembali menggelar serangan ke Yaman, Rabu (17/1/2024). AS menembak rudal balistik anti-kapal yang ditembakkan dari daerah yang dikuasai Yaman saat sebuah rudal mengenai kapal milik Yunani di Laut Merah.

Serangan-serangan Houthi ke kapal-kapal komersial di kawasan sejak November tahun lalu, berdampak pada perusahaan-perusahaan pelayaran dan memicu peringatan bagi negara-negara kaya, bahwa perang Israel di Gaza dapat menyebar ke seluruh kawasan.

Baca Juga

Houthi mengatakan, serangan-serangannya ke kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel atau pelabuhan Israel bagian dari solidaritas bagi rakyat Palestina yang dibombardir dan dikepung Israel. Kelompok yang didukung Iran itu mengancam akan memperluas serangannya ke kapal-kapal AS sebagai respon serangan AS dan Inggris pada lokasi mereka di Yaman.

Dua orang pejabat AS mengatakan untuk memotong pendanaan dan pasokan senjata Houthi, pemerintah Presiden Joe Biden berencana memasukan Houthi ke daftar organisasi teroris. Pada 2021, pemerintah Biden mengeluarkan kelompok itu dari dua daftar kelompok teroris, menarik keputusan mantan Presiden Donald Trump.

Langkah terbaru dapat membawa kembali Houthi ke salah satu dari dua daftar itu. Menandai mereka sebagai "teroris global yang ditetapkan secara khusus."

Gedung Putih mengatakan selain serangan AS untuk menjatuhkan rudal balistik Houthi yang sudah diluncurkan. Pejabat AS mengatakan serangan terbaru diluncurkan ke empat rudal anti-kapal Serangan ini belum dilaporkan.

"Kami tidak ingin memperluas ini, Houthi memiliki pilihan dan mereka masih punya waktu untuk membuat keputusan yang tepat, yang mana menghentikan serangan-serangan ceroboh ini," kata juru bicara Gedung Putih, John Kirby.

Dalam konferensi pers Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya memilih tidak ambil bagian dalam serangan yang dipimpin AS karena ingin menghidari eskalasi di kawasan. Macron mengatakan Prancis menggunakan pendekatan "defensif" di Laut Merah dan bertahan dengan sikap itu.

Dua kepala group bank internasional yang menghadiri pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss mengatakan mereka khawatir krisis dapat menambah tekanan pada inflansi yang akhirnya dapat menunda atau membalikkan pemangkasan suku bunga dan membahayakan harapan perekonomian AS soft landing atau tumbuh datar.

Chief Financial Officer perusahaan logistik yang berbasis di Dubai, DP World, Yuvraj Narayan mengatakan ia memprediksi adanya disrupsi pada impor Eropa. "Biaya pengiriman barang dari Asia ke Eropa akan naik signifikan, konsumen Eropa akan merasakan kenaikan harga, ini akan menghantam perekonomian maju lebih keras dibandingkan perekonomian berkembang," kata Narayan di WEF.

Sumber dari industri asuransi mengatakan premi asuransi resiko perang untuk pengiriman barang lewat Laut Merah naik. Empat pabrik ban Prancis, Michelin di Spanyol berencana menghentikan produksi mereka pada pekan ini, menandakan besarnya dampak penundaan pengiriman bahan mentah.

Perusahaan keamanan dan dua sumber dari kementerian perkapalan Yunani mengatakan, kapal curah berbendera Malta milik Yunani dihantam rudal di Laut Merah, saat mereka berada sekitar 76 mil dari pelabuhan Saleef, Yaman. Juru bicara Houthi Yahya Sarea mengatakan, kelompoknya menyerang kapal Zografia itu dengan rudal angkatan laut.

Salah satu sumber Yunani mengatakan saat diserang Zografia berlayar dari Vietnam ke Israel dengan 24 awak kapal dan sebuah kargo kosong. "Tidak ada yang terluka, hanya kerusakan materi," tambah sumber tersebut. Kapal itu masih berlayar tapi mungkin akan mengalihkan rutenya untuk pemeriksaan keselamatan.

Juru bicara perusahaan operator kapal Jepang, Nippon Yusen yang juga dikenal NYK Line mengatakan perusahaan itu menginstruksikan pada kapal-kapalnya yang berlayar di Laut Merah untuk menunggu di perairan aman dan mempertimbangkan untuk mengubah rute mereka.

Menggarisbawahi kekhawatiran, operator pelayaran Jepang, Nippon Yusen (9101.T), membuka tab baru, juga dikenal sebagai NYK Line, menginstruksikan kapal-kapalnya yang bernavigasi di dekat Laut Merah untuk menunggu di perairan yang aman dan mempertimbangkan perubahan rute, kata juru bicara perusahaan. Namun perusahaan pelayaran raksasa Maersk bagaimanapun, mengirim dua kapal kontainer melalui Laut Merah yang membawa barang-barang untuk militer dan pemerintah AS. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement