Rabu 17 Jan 2024 11:07 WIB

Penjelasan Mengapa Membaca Alquran tanpa Niat karena Allah akan Tertolak

Membaca Alquran harus dilandari niat karena Allah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Seorang Jamaah membaca Alquran
Foto: Republika
Seorang Jamaah membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Allah SWT menyukai hamba-Nya yang gemar membaca dan mentadabburi Alquran dengan niat yang ikhlas. Itulah mengapa Allah memberikan ganjaran kepada mereka yang membaca Alquran dengan niat selain Allah dengan ganjaran yang perih.

Syekh Fuad bin Abdul Aziz As Syalhub dalam kitab Adab Terhadap Alquran menjelaskan, membaca Alquran merupakan amal ibadah yang diperuntukan hanya kepada Allah. Dan semua amal ibadah yang dilakukan seorang hamba untuk mendekatkan dirinya kepada Allah tanpa menjaga dua syarat, yakni ikhlas dan muaba’ah, maka amalannya tertolak.

Baca Juga

Imam Nawawi berkata, “Yang pertama kali diperintahkan kepada seorang pembaca Alquran adalah ikhlas ketika membacanya. Dan hanya mengharap dengannya pahala dari Allah, tidak ada motivasi lain dalam membacanya selain hal itu.”

Imam Nawawi juga menekankan pentingnya seorang hamba untuk senantiasa beradab bersama Alquran. Menghadirkan dalam benaknya bahwasannya ia sedang bermunajat dengan Allah, maka dia membaca dengan kondisi seakan-akan sedang melihat Allah. Kalau pun ia tidak melihat-Nya, kata Imam Nawawi, sesungguhnya Allah Maha Melihat.

Dijelaskan pula bahwa telah banyak di antara pembaca Alquran yang mengharapkan perhatian manusia tertuju kepadanya dan mengharapkan mereka ikut pengajiannya. Maka umat Islam senantiasa dianjurkan untuk memohon kepada Allah agar dijauhkan dari motivasi seperti ini.

Maka cukuplah bagi seorang qori agar waspada terhadap siksa yang disediakan untuk orang yang mempelajari Alquran dengan niat ingin disebut sebagai qori. Imam Muslim dalam Shahih-nya menjabarkan sebuah hadits:

Dari Abu Hurairah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Inna awwalannaasi yuqdha yaumal qiyaamati alaihi rajulun istusyhida.” Yang artinya, “Sesungguhnya aku adalah manusia pertama yang akan diadili pada hari kiamat.”

Pada redaksi selanjutnya dalam hadits ini mengenai orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan mati syahid. Lalu sampailah pada redaksi, “Wa rajulun ta’allamal ilma wa allamahu wa qoro-al quran fa-utiya bihi fa’arafahu nia’amahu fa’arafaha, qoola: fama amilta fiha? Qoola; ta’allamtul ilma wa allamtuhu fikal quran.”

Yang artinya, “Dan seorang laki-laki yang mempelajari dan mengajarkan ilmu serta membaca Alquran, maka diperlihatkanlah bacaannya dan dia diperkenalkan nikmat-nikmatnya, dan dia pun mengenalnya. Lalu ditanyakan, ‘Apa yang kamu amalkan kepadanya?’ Dia menjawab, aku mempelajari ilmu dan aku ajarkan kepada orang lain, dan aku membaca Alquran karena-Mu (Allah).” (HR Muslim).

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement