Rabu 17 Jan 2024 11:18 WIB

Beda Sikap, Anak Usaha Unilever Ini Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Ben & Jerry's ingin tunjukkan otonominya dan tetap merasa punya tanggung jawab sosial

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
 Dua pelanggan memasuki toko Es Krim Ben & Jerry, Selasa, 20 Juli 2021, di Burlington, Vt. Ben & Jerry
Foto: AP/Charles Krupa
Dua pelanggan memasuki toko Es Krim Ben & Jerry, Selasa, 20 Juli 2021, di Burlington, Vt. Ben & Jerry

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen produsen es krim, Ben & Jerry's, menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza, Palestina. Sikap Ben & Jerry's disebut akan memicu kembali ketegangan dengan perusahaan induknya, Unilever, terkait sikap perusahaan pembuat es krim tersebut terhadap kebijakan Israel.

"Perdamaian adalah nilai inti Ben & Jerry’s. Dari Irak hingga Ukraina, (perusahaan) secara konsisten membela prinsip-prinsip ini. Hari ini pun demikian halnya ketika kami menyerukan perdamaian dan gencatan senjata yang permanen dan segera," ujar Ketua Dewan Direksi Ben & Jerry's Anuradha Mittal seperti dilansir Republika dari Financial Times pada Rabu (17/1/2024).

Baca Juga

Keputusan tersebut menyusul perselisihan berkepanjangan antara dewan direksi Ben & Jerry's dan Unilever mengenai upaya merek es krim tersebut pada 2021, untuk berhenti menjual produknya di wilayah pendudukan di Palestina. Untuk mencegah tindakan tersebut, Unilever menjual merek Israel kepada pemegang lisensi lokal. 

Ben & Jerry's menanggapinya dengan mengajukan gugatan terhadap Unilever. Kasus itu jarang terjadi sebab sebuah perusahaan digugat oleh anak perusahaannya sendiri.

Unilever, yang juga memiliki merek mulai dari sabun Dove dan produk pembersih Cif hingga es krim Magnum dan Marmite, mengatakan pada Desember 2022 bahwa gugatan tersebut telah diselesaikan. Unilever menyerahkan penjualan produk di Israel dilakukan oleh pemegang lisensi lokal, Avi Zinger.

Setelah berkonsultasi dengan manajemen dan pemangku kepentingan Ben & Jerry, Mittal mengatakan dewan meyakini pendiriannya mengenai gencatan senjata  sebagai bentuk konsistensi dengan sejarah dan nilai-nilai perusahaan.

Ben & Jerry's adalah satu dari sedikit perusahaan yang mengambil sikap publik terhadap genosida Israel terhadap Palestina atau mendukung gencatan senjata permanen. Beberapa perusahaan yang berkomentar secara terbuka menghadapi reaksi balik dari konsumen.

"Sungguh menakjubkan bahwa jutaan orang melakukan demonstrasi di seluruh dunia, tapi dunia usaha diam saja," ucap Mittal.

Starbucks menjadi sasaran boikot terhadap kedai kopinya setelah serikat pekerja yang mewakili beberapa karyawannya, Starbucks Workers United, memposting "Solidaritas dengan Palestina!" di platform media sosial X pada Oktober lalu.

Anggota Dewan Unilever Nelson Peltz mengundurkan diri bulan lalu dari jabatannya sebagai Ketua Organisasi Hak Asasi Manusia Yahudi, Simon Wiesenthal Center (SMC). SMC menyerukan boikot terhadap Ben & Jerry's karena dianggap antisemit lantaran menyetop penjualan di wilayah pendudukan.

Berbeda dengan Unilever, Dewan Direksi Ben & Jerry's menegaskan keputusan menyerukan gencatan senjata secara independen menunjukkan mereka adalah anak perusahaan otonom yang memiliki tanggung jawab utama atas misi sosial dan integritas merek. Unilever sendiri yang terus mendapat boikot atas dukungannya terhadap Israel belum memberikan komentar terkait sikap Ben & Jerry's.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement