Rabu 17 Jan 2024 20:20 WIB

Sempat Ditolak Masyarakat, Program Kompor Listrik akan Dimulai Lagi oleh Pemerintah

Menurut Djoko, program konversi kompor listrik pada 2022 kalah oleh opini masyarakat.

Red: Andri Saubani
Warga memasak menggunakan kompor listrik induksi di Kampung Mojo, Semanggi, Solo, Jawa Tengah, Selasa (27/9/2022). Pemerintah melalui PT. PLN (Persero) melakukan uji coba konversi kompor gas ke listrik induksi kepada 1.000 warga kurang mampu yang mempunyai daya listrik 450-900 VA di Kota Solo selama tiga bulan.
Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
Warga memasak menggunakan kompor listrik induksi di Kampung Mojo, Semanggi, Solo, Jawa Tengah, Selasa (27/9/2022). Pemerintah melalui PT. PLN (Persero) melakukan uji coba konversi kompor gas ke listrik induksi kepada 1.000 warga kurang mampu yang mempunyai daya listrik 450-900 VA di Kota Solo selama tiga bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkapkan program konversi LPG ke kompor induksi listrik akan kembali digalakkan dan dilanjutkan setelah dibatalkan pada 2022 silam. 

"Kemarin Pak Luhut (Menko Marves) memimpin rapat, saya juga hadir, (menyampaikan) untuk dimulai lagi kompor induksi. Jadi yang kemarin sempat dihentikan, tolong dikaji, dimulai lagi dan mulai yang bisa kita laksanakan," katanya dalam konferensi pers capaian sektor ESDM 2023 dan Program Kerja 2024 di Jakarta, Rabu (17/1/2024).

Baca Juga

Djoko menjelaskan bahwa program kompor listrik saat ini telah diganti dengan program pemberian alat masak berbasis listrik berupa penanak nasi (rice cooker) sebanyak 500 ribu unit. Di mana yang terealisasi pada 2023 mencapai 342 ribu unit.

"Mudah-mudahan nanti kompor induksi bisa dimulai lagi dan sementara ini terus berjalan, pemerintah mengganti kompor induksi dengan rice cooker," katanya.

Menurut Djoko, program konversi LPG ke kompor listrik sebenarnya bisa berjalan efektif, namun kalah dengan opini masyarakat yang kala itu khawatir akan tagihan listrik. Padahal, PLN memiliki teknologi yang bisa membedakan tarif listrik biasa dengan tarif listrik kompor induksi sehingga konsumen cukup membayar sekitar Rp 10 ribu per bulan untuk tagihan listrik untuk kompor tersebut.

Di sisi lain, Djoko juga menilai pengalihan ke kompor listrik memang sebaiknya dimulai dari kalangan menengah ke atas yang telah mampu membeli kompor listrik.

"Kompor induksi juga harusnya dimulai dari masyarakat yang mampu. Kalau dimulai dari masyarakat yang miskin, ya tidak mulai-mulai transisi seperti sekarang. Jadi kompor induksi terus digalakkan, tidak diberhentikan, namun dimulai dari menengah ke atas," kata Djoko.

 

 
photo
Tetap Hemat Listrik Meski Pakai AC - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement