Rabu 17 Jan 2024 21:46 WIB

Tafsir Al Baqarah Ayat 127: Doa Memohon Agar Amal Ibadah Kita Diterima Allah

Doa merupakan senjata umat Muslim.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Berdoa (ilustrasi)
Foto: Republika
Berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Doa merupakan senjata umat Muslim dalam memohon kepada Allah swt dalam segala kondisi dan keadaan. Doa biasanya dibarengi dengan satu ikhtiyar yang sudah kita lakukan, setelahnya kita serahkan ikhtiyar tersebut kepada sang pemilik alam semesta.

Sepertihalnya yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail, ketika memperbaiki dan meninggikan Ka’bah. Satu per satu batu ditumpuk hingga menjadi fondasi untuk berdirinya Ka’bah.

Baca Juga

Baik Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail tidak menerima upah apapun dari perbuatan keduanya memperbaiki Ka’bah, selain memohon kepada Allah, agar amal perbuatannya hari itu diterima.

Doa Nabi Ibrahim hari itu diabadikan dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 127. Dan melalui doa ini, mengingatkan kita bahwa sejatinya amal kebajikan yang kita lakukan agar selalu mendapatkan ridho Allah sehingga amal kebajikan kita hari itu diterima Allah.

Berikut ini doa memohon agar amal ibadah diterima Allah swt yang tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 127 

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.

 Rabbana taqabbal minna innaka ‘antas sami’ul ‘alim

 "Ya Tuhan kami terimalah amal dari kami sungguh Engkaulah yang Maha Mendengar Maha Mengetahui." 

Dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan, setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail selesai meletakkan fondasi Ka'bah, keduanya  berdoa: "Terimalah dari kami", (maksudnya ialah terimalah amal kami sebagai amal yang saleh, ridailah dan berilah pahala ...) "Allah Maha Mendengar" (maksudnya: Allah Maha Mendengar doa kami), dan "Allah Maha Mengetahui" (maksudnya: Allah Maha Mengetahui niat-niat dan maksud kami membangun dan mendirikan Ka'bah ini).

Dari Ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sunnah bagi orang Islam untuk selalu berdoa dan menyerahkan semua amal kita kepada Allah apabila telah selesai mengerjakannya. Dengan penyerahan itu, berarti tugas seorang hamba ialah mengerjakan amal-amal yang saleh karena Allah, dan Allahlah yang berhak menilai amal itu dan memberinya pahala sesuai dengan penilaian-Nya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement