Rabu 17 Jan 2024 21:00 WIB

Pesan Imam An Nawawi Terkait Amar Maruf Nahi Mungkar

Ada adab terhadap amar maruf nahi mungkar.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Pesan Imam An-Nawawi Terkait Amar Maruf Nahi Mungkar. Foto:  Ilustrasi ibadah di rumah.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Pesan Imam An-Nawawi Terkait Amar Maruf Nahi Mungkar. Foto: Ilustrasi ibadah di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Amar maruf nahi mungkar artinya menyeru orang berbuat baik dan melarang orang berbuat yang jahat, sebagaimana yang diajarkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Adab amar makruf nahi mungkar adalah melaksanakan apa yang akan ia perintahkan, dan menjauhi apa yang akan ia larang.

Di dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An Nawawi berkata, "Ketahuilah, bahwa masalah ini, yang saya maksud ialah masalah amar makruf nahi mungkar, sebagian besarnya telah disia-siakan sejak masa-masa yang lalu. Tak ada yang tersisa darinya pada masa sekarang, kecuali beberapa perkara yang sangat sedikit."

Baca Juga

"Padahal, ia (amar makruf nahi mungkar) merupakan masalah besar yang dengannya urusan menjadi lurus dan sempurna. Sementara itu, jika kekejian semakin banyak, azab akan merata kepada orang yang saleh dan orang yang jahat. Kalau mereka tidak mencegah tangan orang zalim, Allah akan meratakan azab-Nya kepada mereka semua."

Demikian yang disampaikan Al Imam Al Allamah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An Nawawi Ad Dimasyqi yang dikenal sebagai Imam An Nawawi. Ulama besar bermazhab Syafi'i.

Dikutip dari buku Wasiat Rasul Buat Lelaki yang ditulis Muhammad Khalil Itani diterjemahkan Ahmad Syakirin diterbitkan AQWAM, 2013. Dijelaskan bahwa sudah seharusnya bagi orang yang mencari akhirat dan orang yang berusaha meraih ridha Allah, untuk memperhatikan masalah amar makruf nahi mungkar. Sangat besar manfaat amar makruf nahi mungkar. Terlebih, sebagian besar dari masalah amar makruf nahi mungkar sudah lenyap.

Hendaknya orang yang melakukan amar makruf nahi mungkar mengikhlaskan niatnya dan tidak takut kepada orang yang ingkar dari ajaran kebaikan meski tinggi kedudukannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 ۨالَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ اِلَّآ اَنْ يَّقُوْلُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ۗوَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ كَثِيْرًاۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ 

. . . . . . Sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS Al-Hajj Ayat 40)

Amar makruf nahi mungkar termasuk dari sifat-sifat keimanan. Derajat bagi orang yang beramar makruf nahi mungkar berbeda-beda sesuai dengan tingkat perintah dan larangan yang ia lakukan. Orang yang mengubah kemungkaran dengan lisannya, lebih utama dari orang yang mengubah dengan hatinya. 

Sementara orang yang mengubah kemungkaran dengan tangannya, lebih utama dari mengubahnya dengan keduanya (yakni lisan dan hati). Namun demikian, hendaknya motivasi dalam beramar makruf nahi mungkar semata-mata mencari ridha Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ 

Waltakum minkum ummatuy yad‘ūna ilal-khairi wa ya'murūna bil-ma‘rūfi wa yanhauna ‘anil-munkar(i), wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).

Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Ali ‘Imran Ayat 104).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ 

Ud‘u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau‘iẓatil-ḥasanati wa jādilhum bil-latī hiya aḥsan(u), inna rabbaka huwa a‘lamu biman ḍalla ‘an sabīlihī wa huwa a‘lamu bil-muhtadīn(a).

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. (QS An Nahl Ayat 125).

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement