REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemerintah Ukraina mengatakan militer menembak jatuh 19 dari 20 drone Shahed yang diluncurkan Rusia pada Selasa (16/1/2024) malam. Ukraina mengatakan serangan itu melukai tiga orang dan merusak gedung pemukiman di pelabuhan Odesa, pesisir Laut Hitam.
Pada Rabu (17/1/2024) militer Ukraina mengatakan Rusia menyerang Odesa dan wilayah lain di selatan negara itu selama tiga jam.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan puing-puing drone itu menimpa gedung pemukiman dan merusak piga gas. Lusinan mobil di salah satu distrik pelabuhan Odesa juga rusak. Tiga orang terluka dan sekitar 130 orang dievakuasi.
"Tujuan utama musuh mengkonsentrasikan serangan pada Odesa, drone-drone kamikaze masuk ke tinggi rendah kritis dari Laut Hitam," kata komando militer selatan Ukraina dalam pernyataannya.
Militer menambahkan 11 drone ditembak jatuh di Odesa. Moskow berulang kali mencoba menembak infrastruktur di pelabuhan Laut Hitam di selatan Ukraina sejak Rusia mundur dari kesepakatan yang ditengahi PBB untuk mengizinkan jalur aman bagi kapal-kapal yang mengirimkan gandum Ukraina ke seluruh dunia.
Sementara itu, Uni Eropa akan menapis undang-undang Ukraina setelah keduanya mulai merundingkan masuknya Ukraina dalam blok kawasan itu.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di hadapan Parlemen Eropa memuji keputusan Uni Eropa mengintegrasikan Ukraina dalam blok itu. Dia memuji upaya Kiev dalam mereformasi lembaga-lembaga demokrasinya.
Dia mencatat bahwa dalam waktu beberapa bulan, Ukraina telah mengesahkan undang-undang yang memperluas hak-hak minoritas nasional, memperbaiki sistem peradilan dan memastikan "checks and balances" dalam kekuasaan.
Guna mempersiapkan pembicaraan masuknya Ukraina itu, kata von der Leyen, "kita sudah mengawali proses penyaringan dan saat ini sedang menyusun kerangka negosiasi."
Dia menegaskan Dewan Eropa telah menunjukkan keinginan politik dalam mendukung Ukraina selama diperlukan dan Uni Eropa “harus mendukung keputusan ini dengan pendanaan yang memadai.”
Dewan Uni Eropa membuka jalan bagi perluasan blok beranggotakan 27 negara itu pada Desember, dengan mengumumkan dimulainya negosiasi masuknya Ukraina dan Moldova dalam blok itu.
Rusia melancarkan “operasi militer khusus” di Ukraina hampir dua tahun lalu untuk apa yang disebutnya “demiliterisasi” dan “denazifikasi” bekas republik Soviet tersebut.
Namun negara-negara Barat menyebutnya sebagai agresi dan mendukung Kiev melalui cara-cara kemanusiaan, ekonomi, dan militer.