REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) masukkan kembali kelompok Houthi ke dalam daftar organisasi teroris. Sementara milisi yang menguasai banyak wilayah di Yaman itu mengklaim serangan kedua mereka pada pekan ini ke kapal yang dioperasikan AS di perairan Laut Merah.
Serangan Houthi ke kapal-kapal komersial yang berlayar di Laut Merah sejak November lalu memperlambat perdagangan antara Asia dan Eropa. Serangan ini juga membuat negara-negara besar semakin khawatir perang Israel di Gaza yang sudah berlangsung tiga bulan lebih dapat menyebar ke seluruh kawasan.
Houthi mengatakan, serangan-serangan itu digelar sebagai solidaritas pada rakyat Palestina yang sedang di bombardir Israel. Kelompok yang didukung Iran juga mengancam akan memperluas serangannya dari kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel ke kapal-kapal AS. Ancaman ini respon atas serangan AS dan Inggris ke Yaman pekan lalu.
Pada Rabu (17/1/2024) gerakan Houthi mengatakan mereka menggelar "serangan langsung" ke kapal curah Genco AS dengan rudal. Serangan kedua ke kapal AS di Laut Merah pekan ini dikonfirmasi operator kapal Genco yang mengatakan kapalnya ditembak sebuah proyektil saat transit di Teluk Aden dengan kargo berisi batuan fosfat.
Genco mengatakan tidak ada awak kapal yang terluka dan kerusakan pada kapal terbatas pada gangnya. Kapal itu segera meninggalkan area tersebut. "Angkatan Laut tidak akan ragu menargetkan semua sumber ancaman di laut Merah dan Arab dengan hak yang sah untuk melindungi Yaman dan untuk melanjutkan dukungan pada rakyat Palestina yang ditindas," kata juru bicara Houthi, Yahya Sarea dalam pernyataannya, Kamis (18/1/2024).
Pada Senin (15/1/2024) pasukan Houthi menyerang kapal curah Gibraltar Eagel yang dioperasikan dan miliki AS dengan rudal balistik anti-kapal. Tidak ada laporan korban luka atau kerusakan signifikan.
Pejabat AS mengatakan memasukan Houthi ke daftar "Organisasi Teroris yang Ditetapkan Khusus" bertujuan untuk memotong aliran senjata dan dana yang digunakan kelompok itu untuk menyerang atau membajak kapal-kapal. Juru bicara Houthi mengatakan serangan pada kapal-kapal yang berlayar menuju Israel akan berlanjut dan daftar tersebut tidak mempengaruhi sikap mereka.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan untuk mengakhiri serangan pada kapal-kapal di Laut Merah maka perang di Gaza harus diakhiri. "Keamanan Laut Merah berkaitan dengan perkembangan di Gaza, dan semua orang akan menderita bila kejahatan Israel di Gaza tidak berhenti semua front (perlawanan) akan tetap aktif," kata Amirabdollahian di World Economic Forum di Davos.
Maersk dan perusahaan pelayaran lainnya menginstruksikan ratusan kapal dagang mereka untuk menjauh dari Laut Merah. Perusahaan-perusahaan itu mengalihkan pengiriman lewat jalur yang mengitari Afrika atau menunda pengiriman sampai keamanan kapal dapat dipastikan.
"Ini salah satu jalur paling penting dalam perdagangan dan rantai pasokan dunia dan sekarang sedang tersumbat," kata CEO Maersk Vincent Clerc di Global Markets Forum di Davos. Ia menambahkan, disrupsi mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan. Para eksekutif bank khawatir krisis ini dapat menciptakan tekanan pada inflansi.
Berdasarkan index kontainer dunia perusahaan konsultan maritim Drewry tarif pengiriman lewat laut sudah naik dua kali lipat sejak awal Desember lalu. Sumber asuransi mengatakan premi resiko perang untuk pengiriman lewat Laut Merah juga naik.
Serangan-serangan Houthi mengincar rute yang bertanggung jawab atas 15 persen lalu lintas perdagangan dunia dan jalur yang sangat penting bagi perdagangan Asia dan Eropa. Perusahaan dagang Jepang, Sumitomo Corp mengatakan beberapa kargo mereka di Laut Merah sudah terdampak.
Serangan-serangan ini juga menimbulkan gangguan pada pelabuhan-pelabuhan di Italia, memicu kekhawatiran krisis berkepanjangan memaksa perusahaan-perusahaan menjauh dari jalur Laut Tengah secara permanen. Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan negaranya ingin anggota negara Uni Eropa lainnya untuk sepakat membentuk misi keamanan maritim Uni Eropa dalam pertemuan pekan depan.
Ia berharap bila disetujui misi itu dapat beroperasi segera mungkin. Jalur alternatif yang mengitari Tanjung Harapan menambah waktu pengiriman menjadi 10 sampai 14 hari. CEO perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco Amin Nasser mengatakan serangan berkepanjangan juga dapat mengurangi pelayaran kapal tanker.
"Bila ini jangka pendek, kapal-kapal tanker mungkin masih tersedia, tapi bila jangka panjang, mungkin menjadi masalah," kata Nasser di Davos. Pada Rabu, (17/1/2024) kapal berbendera Malta didekati tiga kapal kecil dan sebuah drone di 10 mil dari barat daya Dhubab, Yaman. Tidak ada kerusakan atau korban luka yang dilaporkan dalam kejadian itu.