REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan, RA Adaninggar Primadia Nariswari, mengimbau warga untuk mewaspadai penularan penyakit pada musim hujan. "Musim hujan memang identik dengan peningkatan kasus infeksi, karena memang kondisi dingin, lembab, itu adalah suasana-suasana lingkungan yang sangat mendukung perkembangbiakan mikroorganisme. Mau itu bakteri, virus, jamur, parasit ya, bahkan vektor-vektor penyakit, yaitu binatang-binatang itu, juga banyak yang berkembang pada musim hujan," katanya dalam diskusi mengenai pencegahan penyakit pada musim penghujan yang diikuti via daring di Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Adaninggar, yang biasa disapa Ningz, menyampaikan bahwa genangan air yang muncul pada musim penghujan bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk perantara penularan penyakit. Selain itu, dokter spesialis penyakit dalam itu melanjutkan, perubahan cuaca dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
"Nah itu akhirnya juga memicu alergi juga banyak kambuh tuh pada kondisi-kondisi seperti musim hujan atau musim dingin. Ditambah dengan jumlah mikroorganisme yang banyak, ya akhirnya kasus infeksi jadi jauh lebih tinggi dibandingkan mungkin musim yang lain," katanya.
Ningz menyampaikan bahwa penyakit yang angka kejadiannya biasa meningkat selama masa pancaroba dan musim hujan adalah demam berdarah. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang menular melalui gigitan nyamuk.
Oleh karena itu, dia mengimbau warga untuk menggiatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M, yang meliputi kegiatan menguras dan menutup tempat penampungan air serta mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
"Pada prinsipnya, untuk kita yang penting adalah perilaku hidup bersih dan sehat. Kembali lagi ke situ, karena infeksi itu pasti sumbernya dari perilaku dan lingkungan yang tidak sehat," katanya.