REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- London tidak siap menghadapi gelombang panas, banjir dan kenaikan permukaan air laut yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini berdasarkan pada sebuah kajian yang diperintahkan oleh Wali Kota London, Sadiq Khan.
Kajian ini dilakukan setelah London mengalami suhu melonjak dan banjir dalam beberapa tahun terakhir. Pemimpin kajian yang juga mantan kepala Badan Lingkungan Hidup, Emma Howard Boyd, menegaskan bahwa laporan ini menggarisbawahi urgensi transformasi dalam perencanaan dan investasi.
"London memiliki banyak rencana dan program yang baik untuk mempersiapkan diri menghadapi bahaya iklim, namun kita perlu menyadari bahwa warga London sekarang menghadapi risiko yang mematikan," ujar Boyd dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters, Kamis (18/1/2024)
Menurut Boyd, meskipun ada fokus yang kuat untuk mengurangi emisi, Inggris juga perlu mempersiapkan dan mengadaptasi infrastruktur nasionalnya yang penting.
"Hal-hal yang perlu kita hadapi di masa depan tiba-tiba menjadi sangat, sangat nyata," kata Boyd.
Pada musim panas 2022, Inggris mencatat hari terpanas yang pernah terjadi selama gelombang panas yang memicu kebakaran di wilayah luar London, menutup layanan transportasi utama, dan menyebabkan negara tersebut mengumumkan keadaan darurat nasional.
Laporan tersebut mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat yang paling rentan di London, seperti lansia, anak-anak, keluarga berpenghasilan rendah, masyarakat yang terpinggirkan, dan kelompok-kelompok kesehatan yang rentan. Rekomendasi dari laporan itu termasuk memperkuat pertahanan banjir di sepanjang Sungai Thames dan meningkatkan standar perumahan.
Sementara itu, Sadiq Khan mengatakan bahwa ia akan mengikuti saran dari laporan tersebut tahun ini untuk melakukan latihan multi-lembaga, serta menguji kesiapan London dalam menghadapi cuaca panas yang parah.