REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengungkapkan pasar finansial Indonesia masih akan positif pada tahun ini.
Chief Economist and Investment Strategis Manulife, Katarina Setiawan, mengatakan, saat ini siklus suku bunga sudah mendekati puncaknya dan membuat investor asing lebih bergairah. "Tercapainya puncak suku bunga, kebijakan moneter yang lebih akomodatif, dan nilai tukar dolar AS yang termoderasi tahun ini akan membuat investor asing lebih berminat untuk masuk ke pasar-pasar negara berkembang," kata Katarina dalam konferensi pers secara daring, Kamis (18/1/2024).
Dia menuturkan hal tersebut merupakan katalis yang kuat bagi pasar finansial Indonesia. Katarina menjelaskan, saat ini sudah mulai terlihat dengan masuknya arus modal asing sejak dua bulan terakhir.
"Indonesia membukukan arus dana asing selama delaapan dari sembilan minggu terakhir, dengan jumlah paling tinggi di ASEAN," ucap Katarina.
Dari dalam negeri, Katarina menyebut BI telah menegaskan kembali komitmennya untuk menjagat stabilitas. Dia melihat, saat ini BI sudah mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.
Hanya saja, Katarina mengungkapkan, BI belum memulai sikus penurunan suku bunga demi menjaga stabilitas rupiah yang menjadi prioritas BI saat ini. Dia mengungkapkan, siklus penurunan suku bunga BI nantinya akan mengikuti perkembangan The Fed, pergerakan rupiah, dan arus masuk modal.
"Penyesuaian akan dilakukan secara bertahap. Secara historis, siklus penurunan suku bunga BI dimulai setelah tingkat suku bunga riil mencapai sekitar tiga persen," ujar Katarina.
Bank Indonesia (BI) pada bulan ini masih memutuskan untuk mempertahankan suku bunga atau BI Rate pada level enam persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan BI masih mempertahankan suku bunga pada level tersebut karena masih melihat kondisi ekonomi global yang on off.
Meskipun begitu, Perry menegaskan bukan berarti tidak ada ruang untuk menurunkan suku bunga. "BI Rate tetap karena masih melihat on and off-nya kondisi global dan tentu saja dengan arah ke depan, tentu saja sekali lagi saya sampaikan ruang penurunan BI Rate ke depan masih akan ada," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Januari 2024, Rabu (17/1/20240).
Hanya saja, Perry menegaskan penurunan suku bunga masih bergantung kepada sejumlah hal. Pertama yakni seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan BI Rate.
Kedua yakni tetap terkendalinya inflasi. "Khususnya inflasi inti dan juga inflasi pangan. dan yang ketiga bagaimana kita melihat dukungan kredit di dalam pembiayaan ekonomi dan kesemuanya itu mendukung pertumbuhan ekonomi," ungkap Perry.
Kesimpulannya, lanjut Perry, BI saat ini masih akan tetap sabar melihat kondisi dalam negeri dan global. Dia menuturkan, kesabaran terseut akan tergantung bagaimana semakin meredanya kondisi global dan memastikan inflasi terkendali.