Kamis 18 Jan 2024 22:05 WIB

China Imbau Iran dan Pakistan Sama-Sama Dapat Menahan Diri

Pakistan menyebut serangan itu adalah pelanggaran ruang udara negara.

Seorang petugas polisi berjaga di gerbang masuk utama Kementerian Luar Negeri Pakistan, di Islamabad, Pakistan, Kamis, 18 Januari 2024. Angkatan udara Pakistan melancarkan serangan udara balasan Kamis pagi terhadap Iran yang diduga menargetkan posisi militan, sebuah serangan yang menewaskan di setidaknya tujuh orang dan semakin meningkatkan ketegangan antara negara-negara tetangga.
Foto: AP Photo/Anjum Naveed
Seorang petugas polisi berjaga di gerbang masuk utama Kementerian Luar Negeri Pakistan, di Islamabad, Pakistan, Kamis, 18 Januari 2024. Angkatan udara Pakistan melancarkan serangan udara balasan Kamis pagi terhadap Iran yang diduga menargetkan posisi militan, sebuah serangan yang menewaskan di setidaknya tujuh orang dan semakin meningkatkan ketegangan antara negara-negara tetangga.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengimbau dua negara yang bertetangga, yaitu Iran dan Pakistan agar sama-sama dapat menahan diri dan mencegah eskalasi serangan.

"Iran dan Pakistan merupakan tetangga dekat dan negara yang mempunyai pengaruh dan menjaga hubungan persahabatan dengan China. China dengan tulus berharap kedua negara tetap tenang dan menahan diri serta menghindari eskalasi ketegangan," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Kamis (18/1/2024).

Baca Juga

Hal tersebut disampaikan Mao Ning pascaserangan Iran ke provinsi Baluchistan, Pakistan pada Selasa (16/1/2024) dan kemudian Pakistan juga menyerang provinsi Baluchistan yang berada di Iran pada Rabu (17/1/2024) malam.

"Kami mengikuti perkembangan situasi dengan cermat. China selalu berpendapat bahwa hubungan antar negara harus ditangani sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB dan hukum internasional," ungkap Mao Ning.

Mao Ning menyebut China mendukung penghargaan terhadap kedaulatan, independensi dan integritas wilayah suatu negara dapat terus dihormati dan dijaga.

"China berharap dan yakin kedua belah pihak akan menyelesaikan perselisihan melalui dialog dan konsultasi," tambah Mao Ning.

Garda Revolusi Iran menembakkan rudal balistik dan drone pada Selasa (16/1) ke Provinsi Baluchistan di Pakistan yang menargetkan pangkalan kelompok militan Sunni, Jaish ul-Adl. Kelompok itu disebut beberapa kali menyerang pasukan Iran antara lain untuk menyuarakan kemerdekaan daerah Baluchistan.

Respons dari Pakistan atas serangan Iran itu adalah protes dalam bentuk penarikan duta besarnya pada Rabu (17/1/2024). Selain itu, Pemerintah Pakistan menyebut serangan itu adalah pelanggaran ruang udara negara dan juga telah mengakibatkan dua korban meninggal dunia yang masih anak-anak.

Namun, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dalam acara Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, menyatakan bahwa hanya para militan yang terkena serangan. Amirabdollahian juga dilaporkan sudah menelepon Menteri Luar Negeri Pakistan Jalil Abbas Jilani, menekankan penghormatan Pemerintah Iran terhadap kedaulatan Pakistan.

Kemudian pada Rabu-Kamis (18-19 Januari) Pakistan dilaporkan membalas serangan Iran di provinsi Balochistan di wilayah Iran. Iran dan Pakistan sama-sama memiliki provinsi bernama Balochistan yang berada di perbatasan Iran-Pakistan.

Menurut media Pakistan, serangan Pakistan menyasar fasilitas milik kelompok Saravan Sepah Pasdaran Army. Kelompok itu dituding Islamabad salah satu pelaku teror di berbagai lokasi Pakistan selama bertahun-tahun.

Serangan Iran itu hanya berjarak sehari dengan serangan serupa yang dilancarkan Iran kepada dua negara tetangganya, Irak dan Suriah.

Iran sebelumnya menyerang ke Kota Erbil di daerah semi-otonom Kurdistan, Irak, karena lokasi itu dituding Iran sebagai markas kelompok yang terkait dengan intelijen Israel, Mossad. Sedikitnya empat orang tewas dan enam lainnya luka-luka akibat serangan, menurut Pemerintah Regional Kurdistan di Irak utara.

Namun, Irak menyanggah informasi itu dan juga telah mengajukan protes terhadap "agresi" Iran kepada Dewan Keamanan PBB serta menarik dubesnya dari Teheran.

Penasihat Keamanan Nasional Irak, Qasim Al Araji, kepada sejumlah media juga menyatakan pihaknya telah memeriksa lokasi yang dituding sebagai "markas Mossad" dan menyatakan bahwa tempat itu hanyalah rumah keluarga dari pebisnis warga Irak yang berasal dari Erbil.

Perdana Menteri Kurdi Irak Masrour Barzani pun menyebut serangan Teheran sebagai "kejahatan terhadap orang-orang Kurdi."

Sementara serangan Iran ke Suriah utara lantaran kawasan itu banyak didiami kelompok-kelompok seperti Kurdi, yang tak disukai Iran karena menganut Sunni dan hendak memerdekakan diri.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement