REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran merespons survei terbaru Indikator Politik Indonesia yang mendapati elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 2 itu stagnan di angka 45 persen. TKN mengaku tetap optimistis Prabowo-Gibran menang satu putaran yang berarti harus mendapatkan 50 persen plus satu suara dari total suara sah nasional.
"Insya Allah (terwujud) karena memang yang menghendaki menang satu putaran itu bukan hanya kami, yang menghendaki satu putaran juga rakyat.... Saya optimis menang, itu maunya rakyat," kata Nusron kepada wartawan di Media Center TKN, Jakarta Selatan, Kamis (18/1/2024).
Menurut Nusron, rakyat ingin pilpres tuntas dalam satu putaran karena bisa menghemat anggaran negara. Mengingat biaya pilpres putaran kedua mencapai Rp 27 triliun. Uang sebesar itu bisa digunakan untuk membangun berbagai fasilitas publik seperti jalan, rumah sakit, dan sekolah.
Selain itu, lanjut dia, rakyat menginginkan pilpres tuntas satu putaran karena ingin merasakan bulan Ramadhan yang tenang tanpa diwarnai isu politik. Bulan Ramadhan 2024 diketahui jatuh pada awal Maret hingga awal April 2024. Adapun hari pencoblosan Pemilu 2024 adalah 14 Februari 2024.
"(Pilpres satu putaran supaya) di masjid mendengar kultum yang adem, bukan lagi kultum soal capres-capres lagi," kata mantan ketua PBNU itu.
Terkait elektabilitas Prabowo-Gibran yang stagnan, Nusron mengucapkan terima kasih atas kerja keras Indikator Politik menggelar survei. Selain itu, dia menyebut hasil survei itu akan menjadi pelecut bagi jajaran TKN untuk terus melakukan kerja-kerja politik memenangkan Prabowo-Gibran satu putaran. "Ini akan membuat kita tambah lebih kerja keras," ujarnya.
Survei Indikator Politik Indonesia yang digelar pada 30 Desember 2023–6 Januari 2024 menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran 45,79, jauh mengungguli dua kompetitornya. Namun, elektabilitas mereka stagnan, karena dalam survei periode 23 November–1 Desember raihannya hampir sama, yakni 45,8 persen.
"Jadi kalau kita bandingkan, dibanding survei tatap muka bulan lalu, terjadi stagnasi buat elektabilitas paslon 02," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi lewat rilis daringnya di Jakarta, Kamis (18/1/2024).