WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengakui operasi militer AS dan Inggris gagal menghentikan aksi Houthi menyerang kapal-kapal komersial yang melintas di Laut Merah. Maka itu, ia akan terus melakukan serangan ke Houthi.
Pernyataan Biden disampaikan pada Kamis (18/1/2024) setelah AS melakukan serangan kelima terhadap target-target Houthi di Yaman. US Central Command (CENTCOM) dalam operasi militer kali ini mereka menghancurkan dua rudal antikapal.
Setelah militer AS mendeteksi rudal itu sebagai ancaman nyata bagi kapal-kapal niaga dan kapal AL milik AS. Saat ditanya reporter, apakah serangan terhadap Houthi berdampak, Biden mengakui mereka belum berhasil menghentikan Houthi di Laut Merah.
Kapal-kapal komersial yang berlayar di perairan tersebut masih terancam oleh keberadaan Houthi. ‘’Well, saat Anda apakah berjalan baik, apakah serangan itu menghentikan Houthi? Tidak. Apakah serangan itu akan dilanjutkan? Ya,’’ kata Biden seperti dilansir Aljazirah.
Juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, menyatakan Houthi mestinya memutuskan untuk menghentikan serangan di Laut Merah. ‘’Kami tak pernah mengatakan Houthi akan segera menghentikan aksinya tetapi kepentingan kami untuk menghentikan mereka,’’ katanya.
Singh mengeklaim militer AS telah mampu menghentikan kemampuan mereka secara signifikan sejak Kamis. Namun, ini bergantung mereka kapal memutuskan berhenti mengganggu kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah.
Singh menambahkan, AS mempertimbangkan tak berperang dengan Houthi dan operasi militer yang sekarang berjalan merupakan upaya mempertahankan diri. ‘’Kami tidak berpikir berada dalam sebuah perang. Kami tak ingin melihat terjadinya perang kawasan.’’
Houthi, ungkap dia, selama ini yang terus menembakkan rudal jelajah, rudal antikapal ke kapal-kapal komersial, pelaut yang tak bersalah yang hanya melewati Laut Merah. ‘’Anda tahu, 10-15 persen perdagangan dunia melalui perairan tersebut,’’ katanya.
Dalam sebuah pernyataan, Houthi meluncurkan rudal menagetkan kapal AS, Chem Ranger di Teluk Aden. ‘’Rudal kami langsung menghantam kapal tersebut,’’ demikian pernyataan Houthi setelah melakukan serangan.
Namun, CENTCOM mengeklaim Houthi memang menembakkan dua rudal ke kapal tanker milik AS, tetapi tak mengenai sasaran.
Sehari sebelumnya, Rabu (17/1/2024), Pemerintah AS mengembalikan Houthi yang berbasis di Yaman ke dalam daftar kelompok teroris. Sebuah langkah terbaru yang ditempuh Washington dalam merespons serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.
Sejumlah pejabat AS mengatakan masuknya kembali Houthi ke dalam Specially Designated Global Terrorist (SDGT) bertujuan memotong pendanaan dan senjata Houthi yang selama ini diyakini digunakan untuk menyerang atau membajak kapal di Laut Merah.
‘’Rancangan ini merupakan perangkat penting untuk menghalangi pendanaan ke Houthi. Lebih jauh ini membatasi akses mereka ke pasar keuangan dan pertanggungjawaban atas aksi mereka,’’ kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan.
Ia menambahkan, jika serangan di Laut Merah dan Teluk Aden kendur, AS segera mengevaluasinya. Pemerintahan Presiden Joe Biden juga mengantisipasi dampak memasukkan Houthi ke daftar teroris ke warga Yaman yang kini bergantung pada impor pangan dan bantuan. (reuters/han)