REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setiap pelajar wajib untuk menghormati guru-guru mereka, agar ilmu yang diperoleh dapatkan keberkahan dan bermanfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagai pelajar, kita juga diharapkan untuk mematuhi guru kita untuk mencari keridhaannya, selama perintah itu tidak melanggar hukum syar’i.
Namun, justru hal ini hilang dari aksi yang dilakukan senator asal Bali Arya Wedakarna. Dia kali ini menegur guru SMK Negeri 5 Denpasar, Bali, yang menghukum siswa karena terlambat hingga membuat siswa tertinggal dua mata pelajaran. Aksinya tersebut diviralkan dan justru dinilai merendahkan profesi guru. Bagaimanakah adab Islam terhadap guru?
Adab murid terhadap guru ini, bahkan telah dipraktikkan oleh para ulama terdahulu. Bagaimana mereka juga sangat memuliakan guru-guru mereka, sampai-sampai memohonkan ampunan kepada Allah untuk para gurunya.
Dikutip dari buku “Hadis Dan Kisah Teladan Untuk Anak Saleh” karya Ariany Syurfah, para ulama memiliki rasa hormat yang sangat tinggi kepada guru mereka. Saking besarnya rasa hormat itu, mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan ilmu yang banyak.
Salah satu dari ulama besar adalah Abu Hanifah. Sebelum menjadi seorang ulama besar, Abu Hanifah belajar kepada banyak guru. Salah satu gurunya bernama Hammad. Abu Hanifah sangat menghormati gurunya tersebut.
Bagaimana bentuk penghormatan Abu Hanifah kepada gurunya? Abu Hanifah selalu mendoakan gurunya setelah menunaikan sholat dengan memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Abu Hanifah bahkan mendoakan gurunya tersebut sebelum mendoakan orang tuanya.
Perbuatan Abu Hanifah ini ternyata menurun kepada muridnya, yaitu Abu Yusuf. la selalu mendoakan Abu Hanifah sebelum mendoakan orang tuanya sendiri.
Ulama lainnya adalah Ahmad bin Hanbal. Beliau juga sangat menghormati gurunya. Salah satu gurunya adalah Imam Syafi'i. Selama 30 tahun, Imam Ahmad mendoakan dan memintakan ampunan untuk guru beliau Imam Syafii.
Imam Syafii sendiri juga sangat menghormati guru beliau, Imam Malik. Sampai-sampai di hadapan Imam Malik, Imam Syafii ketika membuka lembaran-lembaran kertas, dilakukannya dengan sangat hati-hati agar jatuhnya lembaran kertas itu tidak terdengar oleh Imam Malik.
Begitu pula dengan muridnya Imam As Syafii, Ar Rabî’ bin Sulaiman, ia berkata, “Demi Allah, aku tidak berani minum, sedangkan Imam Syafii melihat ke arahku karena menghormati beliau.”
Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya
Sebelumnya, dalam unggahan di media sosial pribadi Arya Wedakarmna, dia menyoroti metode disiplin yang dilakukan pihak sekolah kepada siswa yang terlambat. Menghukum siswa menulis 1,5 jam hingga tidak mengikuti dua pelajaran, membuat Arya memanggil guru BK sekolah tersebut untuk datang ke kantornya.
"Siswa terlambat hanya tiga menit, tapi diberi tugas hingga 1,5 jam menulis tugas yang tidak ada hubungan. Dengan alasan tugas literasi, siswa sampai ketinggalan 2 Mata Pelajaran. Menurut DPD RI AWK Siswa terlambat sedikit tidak apa-apa asal selamat dijalan, apalagi kondisi DPS macet. DPD RI menolak juga HP siswa dikumpulkan diruang BK karena BK "curiga" siswa main HP saat dpt tugas. Lokasi SMK Negeri 5 Denpasar (admin) @jokowi #wedakarna #wedakarnasmkn5denpasar,” tulis keterangan di unggahan @aryawedakarnasuyasa.