Jumat 19 Jan 2024 20:59 WIB

Guru Mempunyai Kedudukan Mulia di Sisi Allah

Seorang guru mempunyai tugas utama mendidik dan mengajar.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
Guru di sebuah sekolah di Harare, Zimbabwe kembali mengajar. Ilustrasi.
Foto: EPA
Guru di sebuah sekolah di Harare, Zimbabwe kembali mengajar. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Di dalam Islam, guru diposisikan sebagai seorang dengan derajat yang tinggi. Guru mempunyai makna sangat luas bukan sekadar tenaga pendidik di lingkungan sekolah. Allah dalam beberapa firman-Nya menyebutkan tentang kemuliaan seorang guru. Seperti dalam surah Fathir ayat 28:

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

Baca Juga

Wa minan-nāsi wad-dawābbi wal-an‘āmi mukhtalifun alwānuhū każālik(a), innamā yakhsyallāha min ‘ibādihil-ulamā'(u), innallāha ‘azīzun gafūr(un).

Artinya: "(Demikian pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.635) Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Dalam ayat tersebut disebutkan 'Ulama' yang takut kepada Allah. Dalam tafsir kemenag dijelaskan yang dimaksud ulama adalah mereka yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Karena itu ulama merupakan sosok yang berilmu dan juga bisa menjadi guru dalam konteks kehidupan bermasyarakat.

Lebih tegas lagi tentang kemuliaan guru dalam Islam terdapat dalam surah al-Mujadalah ayat 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥū fil-majālisi fafsaḥū yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzū fansyuzū yarfa‘illāhul-lażīna āmanū minkum, wal-lażīna ūtul-‘ilma darajāt(in), wallāhu bimā ta‘malūna khabīr(un).

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Dalam ayat tersebut terdapat keterangan orang-orang berilmu yang mendapatkan derajat tinggi dari Allah Swt. Menurut tafsir tahilili dalam Quran Kemenag, Rasulullah sebagai guru para sahabat, membuat para sahabat berlomba-lomba mencari tempat yang dekat dengan Rasulullah agar muda mendengarkan perkataan Rasulullah.

Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya "Fikih Pendidikan" mengatakan dari saking mulianya seorang guru maka mereka adalah orang kedua yang harus dihormati setelah orang tua. Mengapa? Sebab mereka yang menjadikan anak-anak pintar dan memiliki berbagai pengetahuan.

Menjadi guru tidaklah mudah karena dia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik murid-muridnya. Heri mengutip dari Imam al-Ghazali dalam "Mukaddimah Ihya' Ulumuddin" menjelaskan hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang guru, ulama atau pendidik.

Menurut Al-Ghazali ada 17 hal yang harus dimiliki seorang guru di antaranya adalah sabar, tabah, rendah hati dan mengingatkan kepada penuntut ilmu agar tidak menuntut ilmu yang merugikan. Selain itu seorang guru harus menuntun muridnya dengan cara yang baik.

Menurut Heri seorang pendidik mempunyai tugas utama mendidik dan mengajar. Dan alangkah baiknya sebelum memulai tugasnya perlu diniatkan karen perintah Allah Swt. Seorang guru mengharapkan ridha dari Allah dan Rasulnya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement