Sabtu 20 Jan 2024 14:10 WIB

Pesan Rais Aam PBNU Minta Kader NU Jangan Hina Presiden

Kader NU harus mendukung kesuksesan Pemilu 2024.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Erdy Nasrul
Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) saat menggelar peringatan hari lahir (harlah) ke-78 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat pada Sabtu (20/1/2024). Kegiatan ini dihadiri 150 ribu Muslimat NU dari dalam dan luar negeri serta warga NU, ANSOR, Fatayat NU, PERGUNU, dan elemen Banom, lajnah dan lembaga NU lainnya.
Foto: Republika/ Dessy Suciati Saputri
Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) saat menggelar peringatan hari lahir (harlah) ke-78 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat pada Sabtu (20/1/2024). Kegiatan ini dihadiri 150 ribu Muslimat NU dari dalam dan luar negeri serta warga NU, ANSOR, Fatayat NU, PERGUNU, dan elemen Banom, lajnah dan lembaga NU lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar meminta kepada kader Muslimat NU agar selalu taat kepada pemimpin. Menurut Kiai Miftah, pemimpin itu bisa berupa kepala negara atau organisasi. Dan meskipun Indonesia bukan negara Islam tetap wajib menghormati presiden sebagai pemimpin negara.

Sebab, kata Kiai Miftah, Rasulullah telah memerintahkan agar taat kepada pemimpinnya. Rakyat harus sungguh-sungguh mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemimpin.

Baca Juga

"Oleh karena itu barangsiapa yang menghormati maka Allah akan memuliakannya. Barangsiapa yang menghina presiden, meremehkan, Allah akan membalasnya," ujar Kiai Miftah dalam Harlah Muslimat NU ke-78, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (20/1/2023).

Kiai Miftah menegaskan ketataan terhadap pemimpinnya merupakan ciri dari orang-orang NU. Dan Muslimat harus taat kepada pemimpinnya untuk menegaskan ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh NU.

Wanita, kata Kiai Miftah merupakan makhluk istimewa. Sebab manusia terbaik di bumi yakni Rasulullah lahir dari seorang wanita. Pun semua manusia terbaik lahir dari seorang wanita.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Miftah juga mengingatkan tentang nafsu. Menurut Kiai Miftah nafsu akan membahayakan manusia jika tidak bisa dikontrol. Mereka akan sulit mengontrol ambisi dan ini dapat menjadi penyebab terjadinya segala kemaksiatan serta lupa terhadap jati dirinya.

"Sebaliknya asal pokok dari ketaatan menghormati baik pada pimpinan pemerintah atau sesama karena tak mau dikontrol oleh nafsu. Nafsu biang kerok dari segala ketaaatan," kata Kiai Miftah.

Ia juga menyinggung jalan politik NU. Menurut Kiai Miftah politik NU adalah politik dakwah. Karena itu ia mengingatkan kepada warga NU agar berhati-hati dalam berucap agar tidak menciptakan kegaduhan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement