Sabtu 20 Jan 2024 13:22 WIB

Simpang-siur Sikap Israel Terkait Solusi Dua Negara

Biden klaim Netanyahu tak tolak solusi dua negara.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang pengunjuk rasa memegang plakat bergambar Presiden AS, Joe Biden, saat unjuk rasa mengecam dukungan AS terhadap Israel, di San Jose, Kosta Rika, (16/1/2024).
Foto: EPA-EFE/Jeffrey Arguedas
Seorang pengunjuk rasa memegang plakat bergambar Presiden AS, Joe Biden, saat unjuk rasa mengecam dukungan AS terhadap Israel, di San Jose, Kosta Rika, (16/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membela Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang dipandang menolak penerapan solusi dua negara untuk mengakhiri konflik dengan Palestina. Menurut Biden, Netanyahu tidak menentang solusi tersebut.

Berbicara kepada awak media setelah pertemuan dengan para wali kota Amerika pada Jumat (19/1/2024), Biden mengatakan Netanyahu tidak menentang semua solusi dua negara. Biden mengungkapkan, ada beberapa kemungkinan solusi tersebut. Seorang jurnalis kemudian bertanya apakah solusi dua negara tidak mungkin dilakukan saat Benjamin Netanyahu masih menjabat. “Tidak,” sanggah Biden.

Baca Juga

Biden kemudian ditanya apakah dia akan mempertimbangkan kembali persyaratan bantuan Israel mengingat komentar Netanyahu yang menolak solusi dua negara. “Saya pikir kita akan bisa menemukan solusinya. Saya pikir ada cara agar hal ini bisa berhasil,” ucap Biden merespons pertanyaan tersebut.

Sebelumnya dikabarkan bahwa AS telah terlibat perselisihan dengan Israel mengenai skenario pasca perang di Jalur Gaza berakhir. Pemicunya adalah solusi dua negara. AS berpandangan, tak ada cara untuk menyelesaikan masalah Israel selain pembentukan negara Palestina. Sementara pemerintahan Israel saat ini menentang gagasan tersebut.

Dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional pada Kamis (18/1/2024), Benjamin Netanyahu secara terbuka menyampaikan penolakannya atas penerapan solusi dua negara. “Dalam pengaturan apa pun di masa depan, Israel memerlukan kontrol keamanan atas seluruh wilayah, di sebelah barat Sungai Yordan. Ini bertentangan dengan gagasan kedaulatan (untuk Palestina-red). Apa yang bisa Anda lakukan?” ucap Netanyahu.

“Perdana menteri harus mampu untuk mengatakan tidak kepada teman-teman kita,” kata Netanyahu seraya menambahkan bahwa dia sudah menyampaikan penolakannya terkait solusi dua negara kepada para pejabat AS.

Setelah Netanyahu menyampaikan pernyataannya, AS segera merespons dan memberikan penentangan. “Tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka panjang mereka (Israel-red) untuk memberikan keamanan abadi, serta tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka pendek dalam membangun kembali Gaza dan membangun pemerintahan di Gaza serta memberikan keamanan bagi Gaza tanpa pembentukan negara Palestina,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam pengarahan pers, Kamis lalu.

Saat ini perang Israel-Hamas masih berlangsung di Gaza. Lebih dari 24.760 warga Gaza sudah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar dari korban meninggal adalah perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka sudah melampaui 62 ribu orang.

Menurut PBB, 85 persen penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut, termasuk di dalamnya fasilitas kesehatan dan rumah sakit, rusak atau hancur. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement