Sabtu 20 Jan 2024 16:45 WIB

Beda Awal dan Akhir Ramadhan Hal Biasa, Haedar: untuk Memperkuat Ibadah dan Persatuan

Perbedaan awal Ramadhan adalah toleransi, keragaman, dan kearifan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Erdy Nasrul
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengumumkan maklumat penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijan 1445 H di Kantor PP Muhammadiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (20/1/2024). (Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengumumkan maklumat penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijan 1445 H di Kantor PP Muhammadiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (20/1/2024).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengumumkan maklumat penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijan 1445 H di Kantor PP Muhammadiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (20/1/2024). (Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengumumkan maklumat penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijan 1445 H di Kantor PP Muhammadiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (20/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Pengurus Pusat Muhammadiyah mengimbau masyarakat luas tidak menjadikan penetapan awal Ramadhan sebagai polemik. Perbedaan mengenai hal tersebut merupakan hal biasa, karena sama-sama didasarkan pada ijtihad ulama yang otoritatif.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan pihaknya menggunakan metode hisab bi wujudil hilal. Metode ini adalah kriteria penentuan awal bulan Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip. Yakni ijtimak telah terjadi sebelum matahari terbenam (ijtimak qoblal qurub), dan bulan terbenam setelah matahari terbenam. Maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian bulan saat matahari terbenam.

Baca Juga

Selain hisab, ada juga yang menggunakan metode rukyatul hilal atau melihat hilal secara langsung. Metode ini pun sama-sama sahnya karena dahulu, metode ini juga digunakan dan juga merujuk kepada dalil yang sahih.

Haedar menyampaikan alasan mengapa penetapan awal Ramadhan 2024 diumumkan sekarang. Dia menyebut, Muhammadiyah tidak bermaksud mendahului siapapun dalam hal memberikan maklumat penetapan awal Ramadhan. Sehingga maklumat yang diumumkan ini dinilai merupakan hal yang lumrah terjadi setiap tahun sebagaimana juga berbagai organisasi juga melakukannya. 

Haedar menekankan bahwa penegasan mengenai mengapa maklumat disampaikan pada saat ini guna menghindari perdebatan dan juga polemi. Sebab, kata dia, Muhammadiyah tidak memiliki maksud untuk mendahului atau meninggalkan kalangan-kalangan tertentu dalam penetapan awal Ramadhan.

Meski demikian dia mengatakan bahwa boleh jadi nantinya terdapat perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha di kelompok-kelompok kecil di Tanah Air, namun itu semua diharapkan dapat dijadikan oleh kaum Muslimin sebagai ajang toleransi. Sehingga umat Islam telah terbiasa hidup dengan toleransi (tasamuh) dan tanawu (menjalani perbedaan cara dalam menjalankan ibadah) termasuk dalam memulai perbedaan awal Ramadhan dan Syawal. 

“Sehingga pesan ini justru memperkuat niat kita dalam beribadah. Selama ada perbedaan metode, akan selalu terjadi perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Itu sah-sah saja,” kata Haedar.

Di sisi lain dia menekankan bahwa apabila ada kesamaan ataupun perbedaan dalam penetapan Ramadhan, hal yang tidak kalah pentingnya bagi umat Islam adalah memaknai pusa Ramadhan, Idul Fitri, maupun Idul Adha itu sendiri. Yakni untuk melahirkan penghayatan keislaman yang lebih baik.

“Kalau berbeda tidak perlu ribut apalagi saling menghujat atau menyalahkan yang mana itu akan mengurangi nilai ibadahnya. Kita jalani saja, jalani ibadah kita untuk memperkaya relasi sosial kita, bersatu dalam keragaman dan tidak kalah pentingnya bisa membawa umat kita untuk berkemajuan,” ujar Haedar.

Haedar menjelaskan kebijakan menetapkan awal Ramadhan pada Sabtu (20/1/2023) yang dilakukannya merupakan hal lumrah.  Keputusan ini dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “PP Muhammadiyah telah memutuskan berdasarkan hisab hakiki wujudil hilal yang disepakati Majelis Tarjih dan Tajdid, bahwa awal Ramadhan tahun ini jatuh pada Senin 11 Maret 2024, Idul Fitri pada Rabu 10 April 2024, dan Idul Adha pada Senin 17 Juni 2024,” kata Haedar Nashir, dalam live streaming penetapan awal Ramadhan PP Muhammadiyah.

Sehingga dia menyebutkan, keputusan itu dapat diikuti bagi kaum Muslimin khususnya warga Muhammadiyah dan saudara-saudara atau umat Islam yang mengikuti metode hisab wujudil hilal. Dengan keputusan tersebut, umat Muslim bisa memulai ibadah-ibadah Ramadhan dengan mengikuti maklumat yang Muhammadiyah umumkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement