REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolaborasi dua peneliti Malaysia dan Indonesi melakukan riset fenomena 'demokrasi sesat' di kawasan regional Asia Tenggara dalam sebuah buku.
Adalah Associate Professor of Public Policy and Management Monash University Indonesia, Ika Idris, dan Assistant Professor of Strategic Communications Oklahoma State University, Nuurrianti Jalli yang menyusun fenomena ini dalam buku berjudul Misguided Democracy in Malaysia and Indonesia Digital Proganda in South East Asia.
Fenomena praktik disinformasi, propaganda, fabricated news hingga narasi tunggal pemerintah pada era disrupsi digital menjadi sorotan.
Hal ini terungkap dalam diskusi buku tersebut di Jakarta, Jumat (19/1/2024). Hadir sebagai panelis pakar komunikasi Universitas Paramadina Putut Widjanarko dan pengamat CSIS Noory Okthariza dengan dipandu moderator dosen senior Monash University Malaysia, Dyah Pitaloka dan Director Monash Data and Democracy Research Hub of Monash University Indonesia, Derry Wijaya.
Menurut rencana buku ini akan resmi beredar di Asia Tenggara pada 17 Mei 2024. Untuk sementara ini buku tersebut beredar untuk pasar Amerika dan Eropa, jadi belum masuk di pasar Asia Tenggara.