REPUBLIKA.CO.ID, MANADO --Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan pergerakan Monsun Asia dan siklon tropis 99S di belahan bumi selatan ikut mempengaruhi curah hujan di wilayah Sulawesi Utara. "Dilihat dari kondisi dinamika atmosfer, saat ini terjadi pergerakan angin monsun Asia yang lagi dominan. Selanjutnya, ditambah adanya siklon tropis 99S di belahan bumi selatan menyebabkan adanya pertemuan udara di Indonesia bagian tengah hingga ke selatan termasuk wilayah Sulut," kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Minahasa Utara, M Candra Buana di Manado, Senin (22/1/2024).
Akibat adanya pertemuan angin tersebut dapat menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah provinsi ujung utara Sulawesi tersebut. Candra mengatakan, saat ini wilayah Sulut telah memasuki puncak musim hujan yang diindikasikan dengan peningkatan curah hujan yang signifikan.
Bahkan, hujan yang mengguyur wilayah Sulut dikategorikan hujan sangat lebat, semisal di Stasiun Klimatologi Manado, curah hujan tercatat sebesar 121, empat milimeter per hari begitupun di Stasiun Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, curah hujan mencapai 102 milimeter. "Jadi dikategorikan hujan ekstrem yaitu curah hujannya di atas 150 milimeter, sementara di atas 100 milimeter dikategorikan sebagai hujan sangat lebat," kata Candra menjelaskan.
Karena itu dia berharap warga berhati-hati saat kondisi curah hujan ekstrem karena dapat menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi. "Waspadai potensi bencana banjir, tanah longsor ataupun pohon tumbang terutama warga yang bermukim di wilayah-wilayah tebing bahkan di daerah-daerah bantaran sungai. Kami juga berharap warga memperhatikan kebersihan drainase agar tidak tersumbat," tambah Candra.
Beberapa hari belakangan ini, wilayah kabupaten dan kota di Sulut dilanda cuaca ekstrem, hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang, warga diharapkan berhati-hati bila melakukan aktivitas.