REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Cuaca esktrem yang terjadi di Jabar pada awal tahun ini, harus diwaspadai. Karena, cuaca ekstrem tak hanya bisa menimbulkan bencana alam, juga bisa menyebabkan beberapa penyakit yang harus diwaspadai juga.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar), Vini Andiani Dewi, dalam kondisi cuaca ekstrem saat ini masyarakat harus turut melakukan mitigasi agar tidak terdampak penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Apalagi, kondisi hujan di wilayah Jawa Barat, dikatakannya tidak bisa diprediksi.
"Sekarang itu ada hujan ada enggak, tetap masyarakat hati-hati terhadap DBD, batuk, pilek mah sudah pasti. Jadi yang paling sering itu hati-hati DBD kalau hujan timbul hilang," ujar Vini, kepada wartawan akhir pekan lalu.
Vini mengatakan, untuk kasus di Januari 2024, datanya masih dalam perhitungan kabupaten dan kota. Sehingga dirinya belum bisa memastikan berapa keseluruhan kasus di awal tahun ini. "Kami rekap, nanti detailnya kita umumkan," katanya.
Tren kasus DBD sendiri, mengalami kenaikan dan penurunan dalam kurun waktu sembilan tahun ke belakang. Dari 2015 sampai 2023 kasus tidak memiliki kecenderungan terus menurun.
Berdasarkan data yang terima dari Dinkes dalam sembilan tahun terakhir, kasus DBD di Jabar pada 2015 tercatat ada 22.071 kasus, 2016 ada 36.589 kasus, 2017 ada 11.422 kasus, 2018 ada 11.458 kasus, dan pada 2019 ada 23.296 kasus.
Sedangkan pada 2020, ada 22.613 kasus DBD, 2021 ada 23.204 kasus, pada 2022 terjadi lonjakan kasus DBD yang cukup signifikan dibanding pada 2021. Tercatat ada 36.608 kasus DBD pada 2022.
Kemudian, pada 2023 terjadi penurunan kasus DBD, hampir dua kali penurunannya. Kasus DBD di Jabar pada 2023 menurun ke 19.074.