REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam kitab Nashaihul Ibad mengutip perkataan Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu anhu terkait delapan perhiasan bagi delapan perkara lainnya.
الْعَفَافُ زِينَةُ الفَقْرِ وَالشَّكْرُ زِينَةُ النِّعْمَةِ وَالصَّبْرُ زينة البلاء والتواضُعُ زِينَةُ الْحَسَبِ وَالْحِلْمُ زِينَةُ العِلْمِ والتذلل زِينَةُ المُتَعَلِّمِ وَتَرْكُ الْمَنْ زِينَةُ الْإِحْسَانِ وَالْخَشُوعُ زِينَةُ الصَّلاةِ .
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu anhu meriwayatkan dan berkata, "Tidak meminta-minta adalah hiasan kefakiran. Bersyukur adalah perhiasan nikmat. Sabar adalah perhiasan bencana. Tawadhu adalah perhiasan leluhur. Sikap penyantun menjadi hiasan ilmu. Rendah hati menjadi hiasan penuntut ilmu. Meninggalkan pemberian adalah perhiasan kebaikan. Khusyuk adalah perhiasan sholat." (Syekh Nawawi al-Banteni, kitab Nashaihul Ibad)
Menurut Abu Bakar Ash Shiddiq, ada delapan perhiasan bagi delapan perkara lainnya. Diantaranya yaitu yang pertama, tidak meminta-minta menjadi perhiasan bagi kefakiran.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Bingkisan orang Mukmin di dunia adalah kefakiran." (HR Ad Dailami)
Kedua, syukur menjadi perhiasan terhadap nikmat. Bersyukur dapat mengekalkan berbagai nikmat yang telah ada dan merupakan perantara untuk mendapatkan nikmat yang belum ada atau nikmat lainnya.
Ketiga, sabar adalah...