REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani mengatakan pelaku pasar perlu memperhatikan Indeks Harga Belanja Personal Inti (PCE) bulanan Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada Jumat (26/1/2024).
Ia menyebut, konsensus memperkirakan indeks PCE AS akan berada di level 0,2 persen. Prediksi angka itu naik dari bulan sebelumnya yang berada di level 0,1 persen.
"Indikator ini yang digunakan oleh The Fed dalam mendapatkan gambaran inflasi yang terjadi di AS. Angka ini mempengaruhi keputusan suku bunga yang akan dilakukan oleh The Fed pada bulan ini," ujar Dimas di Jakarta, Senin (22/1/2024).
Ia melanjutkan, pelaku pasar juga perlu memperhatikan data ketenagakerjaan mingguan AS yang akan dirilis pada Kamis (25/1/2024). Diperkirakan ada penambahan tenaga kerja 200 ribu atau meningkat dari pekan sebelumnya yang naik sebanyak 187 ribu tenaga kerja.
Menurutnya, data ini juga sering digunakan oleh The Fed untuk mempertimbangkan arah kebijakan suku bunga acuannya. "Apabila tenaga kerja terus mengalami pertumbuhan, maka kondisi ekonomi AS berada dalam kondisi yang baik. Di sisi lain, hal ini memicu kekhawatiran bagi The Fed kalau mereka tidak dapat mencapai target inflasi 2 persen di 2024," ujar Dimas.
Selain itu, lanjutnya, pelaku pasar juga perlu memperhatikan aliran dana asing (capital inflow) ke dalam negeri selama pekan ini, yang akan menimbulkan optimisme bagi pelaku pasar. "Apabila capital inflow masih akan terjadi hingga beberapa waktu ke depan, kita bisa mengharapkan kenaikan IHSG dapat terjadi lagi dan membentuk level tertinggi barunya dalam beberapa bulan ke depan," ujar Dimas.
Dimas menjelaskan, dalam sepekan terakhir investor asing mencatatkan pembelian (net buy) sebesar Rp 537 miliar di pasar reguler dan bahkan nominal pembelian mencapai Rp 9,19 triliun dalam sebulan terakhir. Menurutnya, terdapat tiga sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG selama pekan lalu, diantaranya kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI), persetujuan anggaran pemerintah AS untuk 2024, serta kenaikan US Treasury Yield yang kembali di atas 4 persen.