Senin 22 Jan 2024 22:42 WIB

Serangan 7/10 Gagalkan Rencana Zionis Kendalikan Masjid Al Aqsha

Hamas menghindari serangan terhadap warga sipil.

Rep: Rudi/ Red: Partner
.
Foto: network /Rudi
.

Brigade Al Qassam (Quds News Network)
Brigade Al Qassam (Quds News Network)

SEKITARKALTIM.ID, REPUBLIKA – Serangan Hamas dalam operasi Badai Al-Aqsa 7/10, bukan tanpa alasan. Serangan yang mengejutkan dunia itu, punya tujuan khusus. Salah satunya menggagalkan aksi Zioni Israel membangun kendali penuh atas Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci.

Serangan itu sekaligus membantah klaim sepihak Zionis Israel.

Hamas mengungkap operasi itu sebagai reaksi alami terhadap rencana Israel untuk menumbangkan perjuangan Palestina, merampas tanah, melakukan Yahudisasi di tanah Palestina. Lantaran itu, Hamas menilai serangan itu perlu dilakukan.

Tujuan serangan Hamas itu termaktub dalam laporan setebal 16 laman, yang menyoroti motif di balik serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober. Laporan itu diterbitkan pada pada Ahad (21/1/2024). Laporan bertajuk Narasi Kami, mewakili langkah strategis untuk meringankan blokade di Jalur Gaza.

Sekaligus membebaskan dari pendudukan Israel, memulihkan hak warga negara, meraih kemerdekaan, menentukan masa depan Palestina dan membangun negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Selama operasi, sejumlah kesalahan dapat terjadi dalam pelaksanaan karena rusaknya sistem keamanan dan militer Israel.

Hal ini menyebabkan kekacauan di sepanjang wilayah perbatasan dengan Gaza.

“Seperti yang dibuktikan banyak orang, Gerakan Hamas memperlakukan semua warga sipil yang ditahan di Gaza secara positif dan baik hati dan berusaha membebaskan mereka sejak awal agresi," tulis laporan itu.

"Hal itulah yang kami lakukan selama gencatan senjata kemanusiaan seminggu di mana warga sipil tersebut dibebaskan dengan imbalan pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara Israel,” lanjut laporan tersebut.

Soal tuduhan menargetkan warga sipil Israel selama Operasi Badai Al-Aqsa, laporan itu menyoroti Hamas menghindari menargetkan warga sipil, terutama wanita, anak-anak dan orang tua. Hal itu disebut menjadi kewajiban moral dan agama anggota Hamas.

Bahwa tuduhan Israel adalah kebohongan belaka dan fitnah. Asal tuduhan ini adalah narasi pejabat Israel, dan tidak ada sumber independen yang dapat membuktikannya.

"Rekaman video yang diambil pada hari itu-7 Oktober bersama dengan kesaksian warga Israel sendiri yang diterbitkan setelahnya menunjukkan tentara Brigade Al-Qassam tidak menargetkan warga sipil dan banyak warga Israel yang tewas oleh tentara dan polisi Israel akibat kebingungan mereka," katanya.

"Tentara Palestina hanya menargetkan tentara pendudukan dan mereka yang membawa senjata untuk melawan rakyat kami," katanya.

Laporan itu meminta Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk mendukung proses peradilan yang menyelidiki semua kejahatan yang dilakukan di Palestina jika mereka benar-benar percaya pada keadilan, meskipun mereka menolak Israel diadili di Mahkamah Internasional.

Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Serangan tersebut membunuh sedikitnya 25.105 warga Palestina dan melukai 62.681 orang. Sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. PBB mengatakan 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

Sumber: Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement