REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Kelompok Houthi Yaman telah menyerang kapal kargo militer berbendera Amerika Serikat (AS), Ocean Jazz, di Teluk Aden. Houthi mengatakan, serangan tersebut merupakan balasan atas agresi Negeri Paman Sam ke Yaman.
“Angkatan bersenjata Yaman terus membalas setiap agresi Amerika atau Inggris terhadap negara kami dengan menargetkan semua sumber ancaman di Laut Merah dan Arab,” kata juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, dalam sebuah pernyataan, Senin (22/1/2024), dikutip laman Al Arabiya.
Belum ada keterangan dari otoritas AS atau operator kapal Ocean Jazz tentang apa dampak dari serangan Houthi. Sejak 11 Januari 2024, AS sudah beberapa kali melancarkan serangan udara ke Yaman.
Mereka menargetkan fasilitas-fasilitas milik Houthi. Serangan itu merupakan respons AS karena Houthi terus menyerang kapal-kapal dagang yang melintasi Laut Merah. Namun agresi AS dan Inggris ke Yaman tak menciutkan Houthi.
Pada 15 Januari 2024 lalu, kapal kargo jenis bulker bernama Gibraltar Eagle yang dimiliki dan dioperasikan AS diserang menggunakan rudal oleh Houthi saat sedang berlayar di Teluk Aden. Operator kapal Gibraltar Eagle, Eagle Bulk Shipping, mengungkapkan, Gibraltar Eagle terhantam proyektil tak dikenal saat berlayar 100 mil dari Teluk Aden.
“Akibat hantaman tersebut, kapal itu mengalami kerusakan ringan pada ruang kargo, tapi stabil dan sedang menuju keluar dari area tersebut,” kata Eagle Bulk, seraya menambahkan bahwa Gibraltar Eagle membawa muatan produk baja. Houthi sudah menyatakan bahwa mereka siap terlibat dalam perang terbuka dengan AS.
Sejak pertengahan 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik Israel atau menuju pelabuhan Israel.
Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina. Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut.
Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman. Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.