Selasa 23 Jan 2024 10:28 WIB

AS Desak Israel Melindungi Warga Sipil, Staf Medis dan Pasien

Warga melaporkan pengeboman dari udara, darat, dan laut paling intensif.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Palestina memeriksa puing-puing Masjid Yassin yang hancur setelah terkena serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Warga Palestina memeriksa puing-puing Masjid Yassin yang hancur setelah terkena serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Amerika Serikat (AS) mendesak Israel untuk melindungi orang-orang di rumah sakit, staf medis dan pasien di Gaza. Sementara pasukan Israel menyerbu satu rumah sakit dan mengepungnya dalam serangan ke barat Khan Younis.

Warga melaporkan pengeboman dari udara, darat dan laut paling intensif sejak awal perang Oktober lalu. Pasukan Israel bergerak untuk pertama kalinya ke distrik Al-Mawasi di dekat pesisr Laut Tengah, Khan Younis, kota utama selatan Gaza.

Baca Juga

Juru bicara kementerian kesehatan Gaza Ashraf al Qidra mengatakan tentara Israel menyerbu rumah sakit Al-Khair dan menangkap staf medis. Israel dan kantor juru bicara militernya belum memberikan komentar mengenai situasi di rumah sakit.

Militer mengatakan pada Senin (22/1/2024) kemarin tiga tentara mereka tewas di Gaza selatan. Qidra mengatakan setidaknya 50 orang tewas dalam serangan di Khan Younis pada Sabtu (20/1/2024) malam. 

Sementara dengan dikepungnya fasilitas medis artinya puluhan orang terluka dan jenazah tidak bisa dijangkau petugas medis. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Israel berhak membela diri.

"Namun kami mengharapkan mereka melakukannya sesuai dengan hukum internasional dan melindungi orang tidak bersalah di rumah sakit, staf medis dan pasien sebanyak mungkin," kata Kirby, Selasa (23/1/2024). 

Israel mengatakan pejuang Hamas beroperasi di dalam dan sekitar rumah sakit itu. Hamas dan staf medis membantah tuduhan tersebut. Pekan lalu Israel menggelar serangan ke Khan Younis untuk merebut kota yang mereka sebut kini menjadi markas Hamas. Pada Senin kemarin Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan total korban tewas dalam serangan Israel mencapai 25.292 orang.

Tingginya jumlah korban jiwa warga sipil Palestina akibat serangan Israel pemukiman padat penduduk mendorong masyarakat internasional mendesak Israel untuk melindungi warga sipil.

AS juga mendesak Israel menghentikan kekerasan yang dilakukan pemukim ilegal terhadap warga Palestina di daerah pendudukan Tepi Barat. Washington mengatakan AS masih yakin solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina masih memungkinkan.

Menteri Luar Negeri Israel Kant menghindari membahas solusi dua negara di pertemuan menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels pada Senin kemarin. Ia justru menunjukan video-video mengenai proyek infrastruktur di masa depan.

Israel menolak pendirian negara Palestina dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali menegaskan sikap tersebut. Ia mengatakan pendirian negara Palestina akan menjadi "bahaya eksistensial" bagi Israel.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebarkan kertas diskusi dengan peta jalan menuju perdamaian yang mendorong pertemuan persiapan perdamaian yang diselenggarakan Uni Eropa dan negara-negara Arab. AS dan PBB juga diundang dalam pertemuan tersebut.

Washington menyerukan penyelidikan dan meminta pertanggung jawaban "yang tepat" setelah kematian remaja keturunan Amerika-Palestina berusia 17 tahun di Tepi Barat yang pejabat kesehatan Palestina sebut dibunuh pasukan keamanan Israel.

Kekerasan di daerah pendudukan Tepi Barat melonjak saat perang Gaza pecah. Paman dari remaja kelahiran Amerika itu mengatakan keponakannya tewas dalam bentrokan dengan militer Israel.

 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement