Selasa 23 Jan 2024 11:10 WIB

AS dan Inggris Gencarkan Serangan ke Yaman

Pasukan AS dan Inggris menyerang delapan lokasi yang berbeda di Yaman.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pejuang dan anggota suku Houthi melakukan unjuk rasa menentang serangan AS dan Inggris di situs militer yang dikelola Houthi dekat Sanaa, Yaman, pada Ahad, (14/1/2024).
Foto: AP Photo
Pejuang dan anggota suku Houthi melakukan unjuk rasa menentang serangan AS dan Inggris di situs militer yang dikelola Houthi dekat Sanaa, Yaman, pada Ahad, (14/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon mengatakan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris kembali menggelar serangan ke Yaman, dengan mengincar lokasi gudang bawah tanah Houthi dan rudal serta kapabilitas pengintaiannya yang digunakan untuk menyerang kapal-kapal di Laut Merah. Houthi yang menguasai banyak wilayah di Yaman mengatakan serangan mereka sebagai solidaritas pada rakyat Palestina yang dibombardir Israel di Gaza.

Serangan-serangan kelompok yang didukung Iran itu mengganggu lalu lintas perdagangan dunia dan dikhawatirkan dapat memicu inflasi global. Selain itu memperdalam kekhawatiran perang Israel di Gaza menyebar ke seluruh kawasan.

Baca Juga

Dalam serangan terbarunya, Senin (22/1/2024) pasukan AS dan Inggris menyerang delapan lokasi yang berbeda di Yaman. Berdasarkan pernyataan gabungan serangan ini didukung Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda.

Pejabat militer AS yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan sekitar 25 sampai 30 amunisi ditembakan termasuk dari pesawat tempur yang diluncurkan dari kapal induk AS. Sejauh ini sudah delapan serangan yang dilakukan dalam satu bulan terakhir tapi gagal menghentikan serangan-serangan Houthi di Laut Merah.

Pejabat AS mengatakan serangan-serangan itu menurunkan kapabilitas Houthi untuk menggelar serangan rumit. Tapi mereka menolak memberikan angka spesifik jumlah rudal, radar, drone atau kapabilitas militer lain yang dihancurkan sejauh ini. "Kami mendapatkan dampak yang diharapkan," kata pejabat militer AS itu.

Dalam pernyataannya, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan serangan terbaru bagian dari upaya bela diri. "Aksi ini akan menjadi pukulan keras lainnya pada persedian mereka yang terbatas dan kemampuan mereka mengancam perdagangan dunia," kata Shapps.

Pekan lalu Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan udara akan dilanjutkan meski ia menyadari tidak akan menghentikan serangan-serangan Houthi. Sebelumnya Houthi meluncurkan dua rudal anti-kapal ke kapal tanker milik AS yang menghantam perairan dekat kapal itu tapi tidak ada kerusakan atau korban luka.

Pengamat mengatakan strategi Biden di Yaman bertujuan untuk memperlemah milisi Houthi tapi tidak berusaha mengalahkan kelompok itu atau menyinggung langsung Ira, yang merupakan sponsor utama kelompok tersebut. Strategi yang merupakan campuran antara serangan militer dan sanksi tampaknya untuk mencegah konflik meluas di Timur Tengah.

Meski Washington menghukum Houthi atas serangan-serangan mereka di jalur pelayaran Laut Merah. Perusahaan-perusahaan pelayaran menghentikan sementara atau mengalihkan kapal-kapalnya yang mengirim barang dari Asia ke Eropa dari jalur dari Laut Merah. Banyak kapal yang mengambil rute lebih jauh dengan mengitari Tanjung Harapan.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement