Selasa 23 Jan 2024 12:19 WIB

Kembali Serang Yaman, AS-Inggris: Bentuk Bela Diri

Sekitar 25 hingga 30 amunisi ditembakkan dalam serangan terbaru ke Yaman.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Pejuang Houthi bersenjata tengah mengukur berat badannya pada timbangan berbendera AS dan Israel, di Sanaa, Yaman, (17/1/2024).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Pejuang Houthi bersenjata tengah mengukur berat badannya pada timbangan berbendera AS dan Israel, di Sanaa, Yaman, (17/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) dan Inggris kembali meluncurkan serangan militer ke Yaman, Senin (22/1/2024). Mereka menargetkan situs penyimpanan bawah tanah milik kelompok Houthi. Serangan itu dilancarkan setelah Houthi mengumumkan bahwa mereka menyerang kapal kargo militer berbendera Amerika di Teluk Aden.

Seorang pejabat senior militer AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan sekitar 25 hingga 30 amunisi ditembakkan dalam serangan terbaru ke Yaman. Serangan turut mengerahkan pesawat tempur yang bertolak dari kapal induk AS.

Baca Juga

Sementara itu Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengungkapkan, serangan terbaru ke Yaman adalah sebuah tindakan pembelaan diri. Hal itu karena Houthi terus menyerang kapal-kapal dagang dan kargo di Laut Merah. “Tindakan ini akan memberikan pukulan lain terhadap terbatasnya stok mereka dan kemampuannya mengancam perdagangan global,” ujar Shapps.

Sejak 11 Januari 2024, AS sudah delapan kali meluncurkan serangan yang menargetkan fasilitas-fasilitas Houthi di Yaman. Para pejabat AS mengklaim serangkaian serangan tersebut telah menurunkan kemampuan Houthi untuk melakukan serangan yang kompleks. Namun mereka menolak memberikan angka spesifik mengenai jumlah rudal, radar, drone, atau kemampuan militer Houthi lainnya yang dihancurkan sejauh ini. “Kami mendapatkan dampak yang diharapkan,” kata pejabat militer AS kepada wartawan Pentagon.