REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teleskop Luar Angkasa James Webb telah memecahkan misteri luar angkasa lainnya. Para astronom dapat melihat sejenis cahaya yang dipancarkan miliaran tahun yang lalu dari beberapa galaksi paling awal, namun banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa cahaya tersebut seharusnya tidak terlihat.
Hal itu karena, pada masa krusial dalam sejarah alam semesta (masa yang disebut ‘reionisasi’ ketika bintang-bintang pertama mulai bersinar), ruang angkasa penuh dengan gas yang dihasilkan oleh Big Bang (ledakan penting yang menciptakan alam semesta kita).
Gas setebal itu seharusnya menyelubungi cahaya dari bintang dan galaksi pertama, tapi ternyata tidak. Kita dapat melihat cahaya yang dipancarkan dari atom hidrogen awal (atom terkecil, dan salah satu unsur pertama yang pernah terbentuk).
“Salah satu masalah paling membingungkan yang dihadirkan oleh pengamatan sebelumnya adalah deteksi cahaya dari atom hidrogen di alam semesta awal, yang seharusnya terhalang seluruhnya oleh gas netral murni yang terbentuk setelah Big-Bang,” ucap seorang ilmuwan astronom di Universitas Cambridge, Callum Witten, yang memimpin penelitian Webb terbaru ini.
Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa banyak hipotesis yang sebelumnya diajukan untuk menjelaskan hilangnya emisi yang ‘tidak dapat dijelaskan’. Namun teleskop Webb, yang dibangun dengan cermin besar untuk mendeteksi cahaya yang sangat redup dan mendeteksi objek yang sangat jauh, telah memberikan jawaban yang meyakinkan.
Ternyata cahaya yang ‘tidak dapat dijelaskan’ ini yang sebelumnya diamati, berasal dari galaksi kuno tertentu tidak hanya berasal dari satu galaksi saja. Webb menemukan bahwa emisi ini sebenarnya berasal dari kelompok galaksi (kita tidak dapat melihatnya).
Galaksi-galaksi awal ini bertabrakan dan menyatu satu sama lain (galaksi sering kali bertabrakan), yang pada akhirnya menciptakan lingkungan kosmik yang sangat aktif. Dalam penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy ini, para peneliti menemukan bahwa aktivitas intensif itu (tabrakan galaksi yang memicu penciptaan bintang-bintang baru) menghasilkan emisi cahaya yang kuat dan juga membuka jalan bagi cahaya untuk lepas ke luar angkasa.
“Jika Hubble hanya melihat sebuah galaksi besar, Webb melihat sekelompok galaksi kecil yang berinteraksi, dan penemuan ini berdampak besar pada pemahaman kita tentang emisi hidrogen yang tidak terduga dari beberapa galaksi pertama,” kata seorang peneliti di Universitas Stanford, Sergio Martin-Alvarez, yang mengerjakan studi terbaru ini.
Para astronom akan terus mengarahkan Webb pada beberapa galaksi paling awal yang pernah terbentuk, dengan tujuan yang lebih besar yakni untuk memahami bagaimana galaksi, seperti Bima Sakti kita, terbentuk.