Selasa 23 Jan 2024 20:21 WIB

Tekan Inflasi, Daerah Ini Kembangkan Tanaman Alternatif Pengganti Beras

Menurutnya, produk turunan sorgum perlu dikembangkan.

Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi tanaman sorgum.
Foto: istimewa
Ilustrasi tanaman sorgum.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak di Kalimantan Barat (Kalbar) mendukung petani di Pontianak Utara yang membudidayakan sorgum sebagai alternatif pangan pengganti beras dan sumber pendapatan baru petani di daerah ini.

"Tanaman sorgum sudah ada sejak beberapa tahun belakangan dikembangkan di Kecamatan Pontianak Utara, tepatnya di Kampung Kuat Sihir, Kelurahan Siantan Hilir. Tanaman pangan sorgum dapat menjadi makanan pokok pengganti beras," ujar Penjabat Wali Kota Pontianak Ani Sofian, di Pontianak, Selasa (23/1/2024).

Baca Juga

Ia menambahkan bahwa pengembangan tanaman sorgum dinilai dapat menjadi solusi menekan inflasi. Ia pun mengapresiasi para pengembang sorgum yang terdiri dari beberapa organisasi dan para ahli. Menurutnya, produk turunan sorgum perlu dikembangkan untuk memperkaya kuliner Kota Pontianak.

“Saya apresiasi kepada petani sorgum. Seperti kita ketahui, lahan sangat terbatas. Mudah-mudahan menambah pendapatan bagi petani,” ujarnya pula.

Ia mengajak petani dan koperasi yang menaungi pengembang sorgum, agar dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang eksistensi sorgum karena banyak manfaat. Pemkot Pontianak berkomitmen mendorong petani sorgum dengan penyediaan modal serta fasilitas alat.

“Kami akan menjalin kerja sama dengan instansi terkait, seperti Bank Kalbar, CSR ataupun koperasi, dibantu dengan alat-alat,” katanya.

Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Pontianak Bintoro menambahkan, di Kecamatan Pontianak Utara terdapat 560 hektare lahan perkebunan hortikultura. Bahkan, hasil kebun hortikultura sudah dapat dikirim ke luar daerah, seperti Singkawang, Melawi, Sanggau, Sintang, dan Kayong Utara.

Bintoro mengatakan, pihaknya secara perlahan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait manfaat sorgum.

“Jadi kita dianggap kurang menanam, tapi sayuran kita kirim ke daerah lain. Kalau sore di Tugu Alianyang pasti mengirim sayur dua bus,” ujarnya pula.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement