REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu dingin ekstrem (cold blast) seperti yang saat ini dialami sebagian besar wilayah Amerika Serikat diprediksi akan terus terjadi di tahun-tahun mendatang, meskipun berbagai studi menunjukkan bahwa pemanasan global akan memicu gelombang panas yang lebih kuat. Hal ini merujuk pada pernyataan dari Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA).
Menurut badan tersebut, rekor suhu rendah telah terjadi dalam beberapa hari terakhir dari Dataran hingga Midwest, bahkan di Selatan AS. Jutaan penduduk di AS hingga ke selatan seperti Texas, Louisiana, Alabama, dan Florida mengalami gelombang dingin pada Selasa dan Rabu, dengan beberapa wilayah mengalami suhu di bawah nol derajat Celcius.
Sementara itu, beberapa wilayah akan mengalami pemanasan singkat pada Kamis, dan peristiwa cold blast lainnya diperkirakan akan terjadi pada akhir pekan ini.
Penelitian dari para ahli iklim di seluruh dunia telah menunjukkan bahwa suhu panas dan dingin yang lebih dramatis merupakan gejala perubahan iklim. Suhu dingin yang mematikan yang menyebabkan krisis jaringan listrik di Texas pada tahun 2021, juga dikaitkan dengan pola cuaca ekstrem yang terkait dengan pemanasan global.
Rekor suhu, baik panas maupun dingin, bersama dengan gelombang panas dan hembusan angin dingin, secara alami merupakan bagian dari variasi cuaca setiap hari.
Namun selama dua dekade terakhir, rekor suhu tertinggi harian setidaknya dua kali lebih sering terjadi daripada rekor suhu dingin harian, menurut data yang dikumpulkan oleh Climate Central, sebuah organisasi nirlaba iklim.
“Masih ada cuaca dingin dan hari-hari yang sangat dingin dalam iklim yang menghangat, tetapi waktunya lebih pendek dan tidak sedingin itu,” menurut Climate Central seperti dilansir ABC, Rabu (24/1/2024).