REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Seorang perempuan membagikan pengalaman buruk saat berobat ke Rumah Sakit Otto Iskandardinata, Kabupaten Bandung di media sosial tiktok dengan akun chareesa30. Unggahan tersebut pun viral. Perempuan tersebut, merasakan tidak dilayani dengan maksimal oleh petugas karena menggunakan kartu BPJS kesehatan.
Perempuan tersebut mengaku sakit dengan gejala muntah-muntah dan buang air besar cair. Ia pun memutuskan untuk rawat inap di Rumah Sakit Otto Iskandardinata karena lebih dekat dengan rumah.
"Daftar dulu di IGD dan di sini udah lemes banget woy," ucap dia seperti dikutip di akun tiktoknya.
Saat melakukan pendaftaran, ia mengaku ditanya oleh petugas apakah pasien umum atau menggunakan kartu BPJS kesehatan. Ia menjawab pasien BPJS kepada petugas karena belum pernah dipakai sama sekali olehnya.
Singkat cerita, ia tidak bisa rawat inap karena tidak memiliki surat rujukan dari fasilitas kesehatan. "(Petugas) langsung pergi tanpa menjelaskan apapun padahal mau bayar sekalipun kalau dilayani dan diarahkan pasti bayar karena kondisi lemas banget," katanya.
Ia mengatakan orangtua mengajak untuk dirawat di Rumah Sakit Hermina. Namun, karena kondisi sudah lemas dan dekat dengan rumah memilih Rumah Sakit Otista Bandung.
"Saya diarahkan ke poli dalam dan bayar normal. Saya nunggu panggilan pemeriksaan ditemani mama di lantai dan udah gak kuat banget mau pingsan," kata dia.
Ia melihat pasien lainnya banyak yang duduk di lantai menunggu panggilan. Karena kondisi perut sakit, ia mengaku ingin buang air besar. Saat menuju toilet ia melihat kondisi toilet yang bau.
Setelah menunggu satu jam, ia mengatakan akhirnya dipanggil untuk diperiksa. Namun, ia sempat menanyakan ruang poli dalam ke perawat dan dijawab untuk pulang.
"Maaf bu, mau tanya tadi saya dipanggil sudah bisa masuk? 'Gak usah pulang aja' kata dia menirukan jawaban petugas.
Sontak, ia mengaku kaget. Pasien lain yang memberitahukan ruang poli dalam mana yang harus dimasukinya hingga akhirnya diperiksa dokter dengan baik. Ia pun diarahkan untuk mengambil obat di bagian farmasi. Namun, setelah lama menunggu ia mengaku tidak dipanggil sama sekali bahkan dilewat ke orang lain hingga akhirnya memilih pulang.
Saat dikonfirmasi, Direktur Utama RS Otista Yani Sumpena Muchtar mengaku sudah melakukan investigasi terkait peristiwa yang viral di media sosial. Ia mengatakan pasien tersebut masuk ke gawat darurat. Namun, tidak termasuk kategori gawat darurat.
"Yang bersangkutan sebetulnya masuk gawat darurat tapi dia tidak termasuk kategori gawat darurat diarahkan ke poliklinik. Di situ barangkali awal permasalahan, kita sistem antrean online antrean online yang duluan tapi tetap dilayani," ujar Yani, Rabu (24/1/2024).
Ia mengatakan kondisi kedaruratan secara medis dengan yang dialami pasien kadang berbeda pandangan. Ia menuturkan tim sudah mendatangi ke rumah pasien tersebut untuk mengklarifikasi terkait yang viral di media sosial. Namun, yang bersangkutan tengah bekerja.
Yani mendapati informasi dari orangtuanya bahwa pasien sudah membaik. Namun kemarin membutuhkan surat sakit dari rumah sakit untuk perusahaan agar tidak dipotong gaji. Sedangkan surat rumah sakit di poliklinik tidak bisa dipakai. "Surat sakit harus diburu-buru diupload ke kantor kalau gak dipotong gajinya oleh perusahaan," kata dia.
Namun begitu, ia tidak menutup diri jika ada layanan yang kurang maksimal akan diperbaiki. Ia menilai terjadi miskomunikasi di lapangan. "Tim akan menunggu bersangkutan, kita akan minta maaf apabila ada ketidaknyamanan kita akan memperbaiki diri," kata dia.