Kamis 25 Jan 2024 10:35 WIB

Pejabat PBB: Israel Larang Pen Insulin untuk Anak Masuk Gaza

Arus bantuan yang diizinkan masuk hanya "setetes air di lautan".

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI bekerja sama dengan lembaga lokal Palestina, Women Center Althouri Silwan sukses menyalurkan bantuan berupa 300 matras (alas tidur) untuk warga Gaza di kamp pengungsi Palestina di wilayah Khan Younis, Gaza Selatan
Foto: dok Baznas
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI bekerja sama dengan lembaga lokal Palestina, Women Center Althouri Silwan sukses menyalurkan bantuan berupa 300 matras (alas tidur) untuk warga Gaza di kamp pengungsi Palestina di wilayah Khan Younis, Gaza Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Palestina, Jamie McGoldrick, mengatakan Israel menambahkan pen insulin untuk anak ke dalam daftar barang yang dilarang masuk ke Gaza. Namun, lembaga pemerintah Israel di daerah pendudukan (COGAT) membantah pernyataan tersebut.

"Dalam hal alasan dan dasar pemikirannya, saya tidak bisa menjelaskannya karena saya tidak tahu," kata McGoldrick di media sosial X seperti dikutip Quds News Network, Kamis (25/1/2024).

Baca Juga

COGAT membantah McGoldrick yang mengatakan Israel melarang pen insulin ke Gaza. Dikutip dari Aljazirah, Kantor koordinasi untuk aktivitas di Palestina itu mengatakan tuduhan yang mengatakan pen insulin untuk anak masuk daftar barang yang dilarang masuk ke Gaza merupakan upaya "mendelegitimasi" Israel.

McGoldrick mengatakan ia tidak dapat menjelaskan "alasan dan dasar pemikiran" Israel untuk melarang pen insulin, dan PBB "sedang berdiskusi dengan pihak berwenang Israel" mengenai hal tersebut. Israel juga membantah PBB membahas masalah ini. "@PBB tidak menghubungi kami mengenai masalah ini," kata COGAT dalam unggahannya di media sosial.

Namun, badan-badan PBB dan organisasi-organisasi kemanusian yang bekerja di lapangan mengatakan, arus bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk pihak berwenang Israel ke Gaza saat ini hanya "setetes air di lautan" dari apa yang dibutuhkan di tengah-tengah krisis yang sedang berlangsung. PBB dan organisasi-organisasi kemanusiaan pun mengatakan  daerah kantong yang terkepung itu kini berada di ambang kelaparan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement