REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, siap menerapkan kurikulum muatan lokal batik pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai upaya melestarikan warisan budaya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Zainul Hakim di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa untuk menyamakan persepsi dalam penyampaian materi di setiap satuan PAUD maka kurikulum muatan lokal batik tersebut akan diterapkan mulai Tahun Ajaran 2024/2025.
"Adapun untuk memaksimalkan implementasi tersebut, kami akan melakukan uji coba pelaksanaan muatan lokal di 20 lembaga PAUD pada Februari 2024," katanya.
Menurut dia, penerapan muatan lokal batik pada anak-anak tersebut, nantinya bisa dimulai dari pengenalan batik seperti cara membatik dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana, seperti memakai cap dan kuas.
"Anak-anak akan kami kenalkan batik dengan cara yang ringan, menyenangkan, dan mudah diterima karena apabila dengan secara spesifik seperti memakai canting maka motorik mereka tentunya belum siap ke arah sana," katanya.
Ia yang didampingi Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal Sherly Imanda Hidayah berharap dengan adanya implementasi muatan lokal tersebut, batik dapat terus dilestarikan menjadi budaya di daerah itu.
Menurut dia, saat ini sejumlah lembaga pendidikan anak usia dini yang sudah melakukan pembelajaran dan pengenalan salah satu warisan budaya tak benda yaitu batik.
Namun, katanya lagi, untuk materi yang diberikan belum sama antara satuan pendidikan dengan lainnya sehingga perlu adanya satu kurikulum yang bisa dijadikan pedoman bagi setiap tenaga pendidik.
"Batik sebagai warisan budaya maka wajib dilestarikan untuk keberlangsungan di masa mendatang. Oleh karena itu, warisan budaya tak benda ini harus diwariskan pada anak-anak usia dini," kata Zainul Hakim.