Kamis 25 Jan 2024 15:05 WIB

Aktivitas Vulkanis Gunung Lewotobi Laki-Laki Terpantau Mulai Menurun

Tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki masih dipertahankan pada Level IV (Awas).

Penampakan Gunung Lewotobi Laki-Laki pada Ahad (14/1/2024). Gunung di di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu telah menunjukkan penurunan aktivitas secara visual maupun kegempaan.
Foto: AP Photo/Andre Kriting
Penampakan Gunung Lewotobi Laki-Laki pada Ahad (14/1/2024). Gunung di di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu telah menunjukkan penurunan aktivitas secara visual maupun kegempaan.

REPUBLIKA.CO.ID, WULANGGITANG -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, mengungkapkan aktivitas vulkanis Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menunjukkan penurunan aktivitas secara visual ataupun kegempaan. Kecenderungan itu didapat dari pengamatan selama periode 16-22 Januari 2024.

"Tampak ada penurunan aktivitas baik visual maupun kegempaan," kata Hendra dalam keterangan resmi yang diterima di Wulanggitang, Flores Timur, Kamis (25/1/2024).

Baca Juga

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan dalam rentang sepekan terakhir, gempa-gempa didominasi oleh gempa permukaan. Itu menandakan material dari dalam telah menuju lubang kawah dan beberapa sudah keluar dari kawah atau rekahan.

Gempa vulkanis dalam berkurang dari periode sebelumnya. Artinya, suplai magma dari dalam juga berkurang.

Gempa embusan dan tinggi kolom asap juga mengalami penurunan. Namun, gempa guguran cenderung mengalami peningkatan.

Dengan meningkatnya gempa guguran dikhawatirkan potensi awan panas yang lebih besar masih bisa terjadi. Evaluasi berikutnya yakni jarak luncuran awan panas guguran berkurang dari sebelumnya yang menjadi jarak luncur hingga 2 kilometer (km) menjadi rata-rata sekitar 1 km.

Luncuran guguran awan panas dan lava juga masih mengarah pada sektor utara-timur laut dan timur laut. Sementara itu, aliran lava di sektor timur laut teramati masih mengalami pergerakan walaupun dengan kecepatan yang semakin lambat.

"Data-data RSAM dan SO2 serta deformasi menunjukkan penurunan nilai serta deflasi pada permukaan pada bagian puncak gunung," kata Hendra.

Lebih lanjut, Hendra merinci jenis gempa yang terekam pada periode itu antara lain 227 kali gempa letusan/erupsi, 40 kali gempa awan panas guguran, 480 kali gempa guguran, dan 29 kali gempa harmonik. Lalu, ada tiga kali gempa tremor non-harmonik dan 644 kali gempa low frequency.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement