REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun tahun politik baru dimulai sejak awal tahun ini, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk atau BBCA menangkap prospek bisnis masih positif sejak jelang masa pemilu pada akhir tahun lalu. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan kredit.
"Ini sudah terefleksikan ya. Jadi dari 13,9 persen (pertumbuhan kredit) full year itu kita naik di kuartal terakhir sekitar 5,8 persen. Hampir separuh dari kenaikan kredit itu terjadi di kuartal terakhir. Padahal kita tahu pemilu itu makin dekat," kata Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers secara daring, Senin (25/1/2024).
Jahja menegaskan, BCA melihat adanya kebutuhan untuk kredit cukup besar. Menurutnya, permintaan kredit investasi juga lebih tinggi dibandingkan kredit modal kerja. "Artinya apa, orang lebih berani menginvestasikan untuk perkembangan ekspektasi bisnis Indonesia ke depan. Kredit investasi kan perlu untuk jangka panjang artinya mereka investasi sekarang untuk ke depan. Ekspektasi ini bagus," ungkap Jahja.
Jahja menekankan, efek dari tahun politik terhadap kondisi investasi dalam taraf wajar.
"Kalau dilihat pertumbuhan loan 2023 sekitar 10 persen di industri. Tahun ini saya pikir secara rata-rata, perbankan menargetkan 8-10 persen pertumbuhan kredit," ujar Jahja.
Jahja menuturkan, karakteristik kredit terbagi dua yakni untuk bisnis dan individual. Saat ada promo KPR, Jahja menyebut kebutuhan kredit langsung melonjak. Sementara itu, kredit bisnis untuk modal kerja sangat bergantung kepada kondisi usaha yang tengah dijalankan.