Kamis 25 Jan 2024 20:15 WIB

Keluhan Ketua Paguyuban Pedagang Masakan Daging Anjing Solo: Tidak Ada Pemasok

Di Solo Raya disebut ada sekitar 100 pedagang masakan daging anjing.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Penjualan daging anjing.
Foto: Dok Republika
(ILUSTRASI) Penjualan daging anjing.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Mencuatnya kasus pengiriman ratusan anjing ke wilayah Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, disebut berdampak terhadap usaha pedagang masakan daging anjing di Solo Raya. Ketua Paguyuban Pedagang Daging Anjing Solo, Agus Triyono, mengeluhkan soal pasokan daging anjing.

“Iya, sangat berpengaruh karena langsung tidak ada pemasok yang berjualan di Solo Raya. Itu sangat berpengaruh dan ekonomi kita terus terang, kalau diterus-teruskan, bisa hancur,” kata Agus, Kamis (25/1/2024). 

Baca Juga

Agus mengatakan, ada sekitar 30 pedagang masakan daging anjing di Kota Solo. Sementara di wilayah Solo Raya disebut sekitar 100. Menurut dia, pedagang yang biasanya mendapat pasokan daging anjing dari Gemolong, Sragen, berhenti beroperasi sementara karena tidak adanya suplai.

“Kalau penyuplainya dari Sragen, Gemolong, otomatis tutup semua. Tapi, kemungkinan ini ada yang masih jualan, satu dua warung. Itu mereka cari sendiri, mungkin masih ada,” kata Agus.

Agus mengaku pihaknya berupaya mencari solusi terbaik atas persoalan yang dihadapi pedagang masakan daging anjing ini. Ia sendiri mengaku terpaksa menutup warungnya sementara, padahal mempunyai tanggungan anak istri, juga ada pinjaman dari bank. 

“Baru mencari solusi yang terbaik, bagaimana kalau kita beralih (usaha). Kemungkinan belum bisa. Tapi, kita mengajukan audiensi dengan pemerintah, supaya ditemukan dengan pecinta anjing, supaya kita mendapat solusi dan berbicara duduk bersama dengan pemerintah,” kata Agus.

Agus menyoal wacana penutupan usaha masakan daging anjing. Ia meminta pemerintah memikirkan solusi bagi para pedagang masakan daging anjing ini, sebelum menutup bisnisnya.

“Terutama untuk pemerintah, saya minta keadilan. Jangan asal bicara mau nutup, mau nutup, tapi belum ada solusinya,” kata Agus.

Agus mengaku terbuka apabila ada solusi dari pemerintah dengan memberikan modal untuk alih usaha. Meski demikian, kata dia, hal itu tidak bisa dilakukan serta-merta.

“Ya kita tampung juga itu, tapi kita bekerja tidak semudah membalik tangan. Kalau mau menutup, ya bisa ditutup pelan-pelan, tapi harus ada solusinya juga. Jangan langsung ditutup,” kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement