Jumat 26 Jan 2024 05:59 WIB

Deddy Corbuzier Ungkap 'Kehilangan' Perut Six-Pack karena Sarkopenia, Apa Itu?

Deddy Corbuzier mengatakan dirinya mulai kehilangan perut six-pack.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Deddy Corbuzier (kanan). Deddy Corbuzier mengungkap kehilangan perut six-pack karena sarkopenia.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Deddy Corbuzier (kanan). Deddy Corbuzier mengungkap kehilangan perut six-pack karena sarkopenia.

REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Belum lama ini, Deddy Corbuzier bercerita bahwa dia mulai kehilangan perut six-pack-nya meski rajin berolahraga dan menerapkan pola makan intermittent. Deddy mengungkapkan bahwa perubahan bentuk tubuhnya ini disebabkan oleh sarkopenia.

Apa itu?

 Secara umum, sarkopenia merupakan istilah yang merujuk pada kondisi menurunnya massa, kekuatan, serta fungsi otot. Kondisi ini umumnya dialami oleh populasi lansia.

"(Sarkopenia) diyakini terjadi karena penuaan," ungkap Cleveland Clinic melalui laman resminya, seperti dikutip pada Kamis (25/1/24).



Baca Juga

Sarkopenia paling banyak ditemukan pada individu berusia 60 tahun ke atas. Semakin tua usia seseorang, semakin besar angka kejadian sarkopenia yang ditemukan 

Meski studi yang ada masih belum konsisten, sejumlah ahli meyakini bahwa prevalensi sarkopenia pada kelompok usia 60 tahun ke atas berkisar antara 5-13 persen. Sedangkan pada kelompok usia 80 tahun ke atas, prevalensi sarkopenia berkisar antara 11-50 persen.



Cleveland Clinic mengungkapkan sarkopenia bisa memengaruhi sistem muskuloskeletal yang berperan penting dalam gerakan tubuh. Oleh karena itu, sarkopenia bisa menurunkan kemampuan penderitanya untuk menjalani aktivitas sehari-hari.



"Kondisi ini bisa memicu terjadinya penurunan kemandirian," tutur Cleveland Clinic.



Terkait sarkopenia dan proses penuaan, tubuh akan mengalami sejumlah perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Beberapa perubahan ini turut memainkan peran besar dalam terjadinya sarkopenia.



Sebagai contoh, tubuh tidak lagi memproduksi jumlah protein yang sama saat menua. Padahal, protein dibutuhkan oleh otot untuk bertumbuh.

Menurunnya produksi protein di dalam tubuh akan membuat sel-sel otot ikut menurun.

"Sebagai tambahan, saat Anda semakin tua, perubahan pada hormon tertentu seperti testosteron dan IGF-1 akan mempengaruhi serat otot Anda, kondisi ini bisa memicu terjadinya sarkopenia," ungkap Cleveland Clinic.



Menurut Cleveland Clinic, faktor utama yang menyebabkan terjadinya sarkopenia adalah proses penuaan. Cleveland Clinic mengatakan otot mulai kehilangan massa dan kekuatannya saat seseorang memasuki usia 30-an dan 40-an tahun. Proses ini akan terjadi semakin cepat setelah seseorang memasuki usia 65-80 tahun.



"Kecepatannya bervariasi, tapi Anda bisa kehilangan hingga 8 persen massa otot Anda setiap dekade. Orang-orang kehilangan massa otot seiring waktu, tapi orang dengan sarkopenia mengalami kehilangan ini dengan lebih cepat," timpal Cleveland Clinic.



Selain usia, ada beberapa faktor lain yang juga bisa berkontribusi pada terjadinya sarkopenia. Faktor-faktor tersebut adalah kurang aktif bergerak, obesitas, riwayat penyakit kronis, rheumatoid arthritis, resistensi insulin, penurunan kadar hormon, malnutrisi atau kurang asupan protein, penurunan kemampuan tubuh untuk mengubah protein menjadi energi, serta penurunan jumlah sel saraf yang mengirimkan pesan dari otak ke otot untuk bergerak.



Diagnosis dan Terapi



Kondisi sarkopenia dapat didiagnosis oleh dokter melalui pemeriksaan fisik dan anamnesis. Pasien juga dapat diminta untuk mengisi sebuah kuesioner bernama SARC-F. Skor maksimal dari SARC-F adalah 10. Individu yang mendapatkan skor 4 atau lebih perlu untuk menjalani pengetesan lebih lanjut.

"Dokter Anda mungkin merekomendasikan beberapa tes untuk mendiagnosis dan menentukan derajat sarkopenia Anda," tutur Cleveland Clinic.



Tes yang direkomendasikan bisa mencakup tes kekuatan otot dan tes pencitraan untuk mengukur massa otot. Bila pasien terbukti mengalami sarkopenia, maka ada beberapa opsi terapi yang dapat diberikan. 



Salah satu terapi yang bisa diberikan untuk penderita sarkopenia adalah meningkatkan aktivitas fisik lewat latihan kekuatan berbasis ketahanan. Latihan seperti ini dapat membantu pasien untuk meningkatkan kekuatan otot dan mengembalikan massa otot yang hilang.

Terapi lain yang dapat diberikan adalah perbaikan pola makan.

Pasien sarkopenia dianjurkan untuk meningkatkan asupan protein dan menerapkan pola makan yang seimbang dan sehat. Asupan protein tambahan ini bisa didapatkan dari makanan atau suplemen.



Perlu diketahui, perbaikan pola makan dan rutin berolahraga tak hanya berguna sebagai terapi sarkopenia. Keduanya juga dapat membantu mencegah terjadinya sarkopenia di hari tua.



Terkait obat-obatan, sejumlah studi mengindikasikan adanya potensi penggunaan suplemen hormon untuk meningkatkan massa otot. Akan tetapi, saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan sarkopenia yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). (Adysha Citra Ramadani)


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement