REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam buku Nashaihul Ibad mengutip pernyataan Sayidina Ali bin Abi Thalib Radhiayalhu anhu, yang menjelaskan empat amal yang paling berat timbangan pahalanya.
Diriwayatkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata, "Sesungguhnya amal perbuatan yang paling berat (timbangannya) itu ada empat. Yaitu memberi maaf ketika sedang marah, suka berdarma di saat miskin, berbuat iffah (enggan) ketika sendirian, dan berkata benar terhadap orang yang ditakuti atau diharapkan jasanya."
Menurut Ali bin Abi Thalib, amal perbuatan yang paling berat timbangan amalnya itu ada empat.
Pertama, memaafkan kesalahan orang lain, meskipun pada dasarnya hatinya panas (marah). Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini.
مَنْ كَفَ غَضَبَهُ كَفَ اللَّهُ عَذَابَهُ.
Rasulullah SAW bersabda, "Siapapun yang menghentikan marahnya, maka Allah akan menghentikan siksa baginya."
Dalam riwayat Imam Ad-Dailami juga diterangkan, bahwa Nabi Muhammad SAW telah bersabda yang artinya sebagai berikut, "Siapapun yang mencegah marahnya, melapangkan kerelaannya, mendermakan kebaikannya, menghubungkan kerabatnya dan menunaikan amanatnya, maka Allah Azza Wa Jalla memasukkan ia pada hari kiamat nanti dalam cahaya-Nya Yang Maha Agung."
Kedua, dermawan, meskipun dirinya sendiri sedang kesusahan. Yakni memberikan harta benda kepada yang lebih membutuhkannya.
Ketiga, enggan melakukan perbuatan yang haram, meskipun dalam keadaan sendirian. Orang yang Afif adalah orang yang mengurus perkara-perkara yang sesuai dengan tuntunan syara' dan kepribadian.
Keempat, ucapan yang benar kepada orang yang ditakutinya. Misalnya mengucapkan hal yang benar kepada raja yang zalim atau diharapkan. Artinya orang yang diharapkan ampunan atau pemberiannya.
Lihat halaman berikutnya >>>