Jumat 26 Jan 2024 11:21 WIB

Serangan Houthi di Laut Merah Mulai Pukul Industri Inggris dan Jerman

Sekitar 80 persen perusahaan melaporkan pengiriman lebih lambat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang warga Yaman melewati spanduk bergambar bendera Israel dan AS di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Seorang warga Yaman melewati spanduk bergambar bendera Israel dan AS di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Krisis Laut Merah memberikan gelombang kejutan pada rantai pasokan manufaktur Inggris. Indeks Output Manufaktur Inggris, yang berfungsi sebagai indikator produksi pabrik, telah anjlok ke level terendah dalam tiga bulan di 44,9. Karena angkanya di bawah 50, hal itu menjadi sebuah tanda jelas adanya kontraksi ekonomi.

“Sekitar 80 persen perusahaan yang melaporkan pengiriman lebih lambat secara eksplisit mengaitkan penundaan tersebut dengan kejadian di Laut Merah, di mana serangan pemberontak Houthi telah menyebabkan semakin banyak perusahaan pelayaran yang mengangkut barang dari Asia ke Eropa melalui Tanjung Harapan dibandingkan melalui Terusan Suez,” kata S&P Global lewat data terbarunya, dilaporkan Anadolu Agency, Kamis (25/1/2024).

Baca Juga

“Perjalanan yang diperpanjang ini biasanya memperpanjang rute pengiriman setidaknya 10 hari. Penundaan paling banyak dilaporkan terjadi pada sektor tekstil dan manufaktur kendaraan,” tambah S&P Global. Survei S&P Global terhadap manajer pembelian di Inggris mengungkapkan bahwa rantai pasokan manufaktur sedang bergulat dengan waktu tunggu yang lama untuk angkutan peti kemas, khususnya di tengah krisis Laut Merah.

Krisis ini telah mendorong kapal-kapal untuk mengubah rute dari Terusan Suez, yang menyebabkan waktu pelayaran internasional menjadi lebih lama. Akibatnya perusahaan-perusahaan mengalami keterlambatan dalam menerima pasokan penting.

Kondisi itu memaksa mereka menghabiskan persediaan mereka secara signifikan. Waktu pengiriman yang diperpanjang juga berkontribusi terhadap peningkatan biaya di sektor manufaktur. S&P Global memperkirakan bahwa inflasi Inggris kemungkinan akan tetap “sangat tinggi” pada kisaran tiga hingga empat persen dalam waktu dekat.

Sektor bahan kimia Jerman, yang merupakan terbesar di Eropa, juga mulai merasakan dampak dari tertundanya pengiriman logistik via Laut Merah. Impor penting dari Asia ke Eropa seperti suku cadang mobil dan peralatan teknik hingga bahan kimia, kini membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di negara tujuan. Hal itu karena kapal-kapal mulai mencari rute alternatif dan menghindari Laut Merah serta Terusan Suez.

Terkait Jerman, meskipun sektor industri di negara tersebut sudah terbiasa menghadapi gangguan pasokan setelah pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina, dampak dari berkurangnya lalu lintas melalui Laut Merah dan Terusan Suez mulai terlihat. Pabrik Tesla di Berlin menjadi korban paling menonjol sejauh ini.

Sektor bahan kimia Jerman, yang merupakan industri terbesar ketiga setelah mobil dan teknik dengan penjualan tahunan sekitar 260 miliar euro, bergantung pada Asia untuk sekitar sepertiga impornya dari luar Eropa. “Departemen pengadaan saya saat ini bekerja tiga kali lebih keras untuk mendapatkan sesuatu,” kata Martina Nighswonger, CEO dan pemilik Gechem GmbH & Co KG, yang mencampur dan membotolkan bahan kimia untuk klien industri besar, dilaporkan Reuters, Senin (22/1/2024) lalu.

Akibat penundaan tersebut, Gechem, yang menghasilkan penjualan tahunan sebesar dua digit jutaan euro, telah menurunkan produksi mesin pencuci piring dan tablet toiletnya. Hal tersebut karena mereka tidak dapat memperoleh cukup trinatrium sitrat serta asam sulfamat dan asam sitrat.

Menurut Nighswonger, saat ini perusahaan yang dipimpinnya sedang meninjau sistem tiga sifnya. Dia menambahkan bahwa dampak buruk dari keterbatasan transportasi dapat tetap menjadi masalah setidaknya pada paruh pertama 2024.

Nighswonger mengatakan, situasi tersebut menyebabkan diskusi terbuka dengan pelanggan. “Jika kita mendapatkan tiga muatan truk, bukan enam, setiap pelanggan hanya mendapat sebagian dari jumlah pesanan mereka, tapi setidaknya semua orang mendapat sesuatu,” katanya.

Produsen bahan kimia khusus yang lebih besar, Evonik, juga mengatakan pihaknya terkena dampak perubahan rute kapal-kapal yang biasanya melintasi Laut Merah. Evonik mengungkapkan bahwa beberapa kapal telah mengubah arah sebanyak tiga kali dalam beberapa hari terakhir.

Evonik mengatakan pihaknya mencoba memitigasi dampak tersebut dengan melakukan pemesanan lebih awal dan beralih ke angkutan udara. Pengiriman via udara dianggap sebagai pengganti sementara karena beberapa bahan kimia tidak diperbolehkan untuk diangkut menggunakan pesawat.

Badan industri Jerman, VCI, telah lama menyoroti ketergantungan pada impor dari Asia. VCI mengatakan bahwa meskipun penghentian produksi harus dibatasi hanya pada kasus-kasus tertentu, penundaan impor melalui Laut Merah merupakan beban tambahan bagi industri yang sudah melemah.

“Dampaknya terutama terlihat pada perusahaan-perusahaan kimia berukuran menengah dan khusus,” kata Kepala Ekonom VCI Henrik Meincke, seraya menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut seringkali mendapatkan bahan mentah dalam jumlah besar dari Asia.

Krisis di Laut Merah terjadi ketika perekonomian Jerman berada di bawah tekanan akibat resesi, serta tingginya biaya tenaga kerja dan energi. Menurut S&P Global, sektor bahan kimia di Eropa, bersama dengan mobil dan ritel, dipandang sebagai sektor yang paling rentan.

Sejak 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik Israel atau menuju pelabuhan Israel.

Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina. Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman.

Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement