REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Krisis Laut Merah memberikan gelombang kejutan pada rantai pasokan manufaktur Inggris. Indeks Output Manufaktur Inggris, yang berfungsi sebagai indikator produksi pabrik, telah anjlok ke level terendah dalam tiga bulan di 44,9. Karena angkanya di bawah 50, hal itu menjadi sebuah tanda jelas adanya kontraksi ekonomi.
“Sekitar 80 persen perusahaan yang melaporkan pengiriman lebih lambat secara eksplisit mengaitkan penundaan tersebut dengan kejadian di Laut Merah, di mana serangan pemberontak Houthi telah menyebabkan semakin banyak perusahaan pelayaran yang mengangkut barang dari Asia ke Eropa melalui Tanjung Harapan dibandingkan melalui Terusan Suez,” kata S&P Global lewat data terbarunya, dilaporkan Anadolu Agency, Kamis (25/1/2024).
“Perjalanan yang diperpanjang ini biasanya memperpanjang rute pengiriman setidaknya 10 hari. Penundaan paling banyak dilaporkan terjadi pada sektor tekstil dan manufaktur kendaraan,” tambah S&P Global. Survei S&P Global terhadap manajer pembelian di Inggris mengungkapkan bahwa rantai pasokan manufaktur sedang bergulat dengan waktu tunggu yang lama untuk angkutan peti kemas, khususnya di tengah krisis Laut Merah.
Krisis ini telah mendorong kapal-kapal untuk mengubah rute dari Terusan Suez, yang menyebabkan waktu pelayaran internasional menjadi lebih lama. Akibatnya perusahaan-perusahaan mengalami keterlambatan dalam menerima pasokan penting.