Jumat 26 Jan 2024 16:12 WIB

Moeldoko: Seluruh Pejabat Publik Punya Hak untuk Kampanye

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebut seluruh pejabat publik berhak ikut kampanye.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebut seluruh pejabat publik berhak ikut kampanye.
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebut seluruh pejabat publik berhak ikut kampanye.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, aturan perundang-undangan harus menjadi patokan dalam melakukan kampanye. Sesuai aturan UU, seorang presiden dan wakil presiden pun memiliki hak untuk melakukan kampanye dalam pemilu.

Ia mengatakan, presiden sebagai figur yang memiliki jabatan politik, maka hak-hak politiknya pun juga melekat dan diatur dalam UU Pemilu.

Baca Juga

"Sangat jelas disebutkan di sana presiden dan wapres para menteri dan seluruh pejabat publik itu bisa memiliki hak untuk melakukan kampanye. Nah itu. Secara undang undang seperti itu," kata Moeldoko dalam rilis video yang diterima, Jumat (26/1/2024).

Sebagai negara demokrasi dan negara hukum, maka aturan hukum menjadi pedoman utama. Karena itu, kata Moeldoko, aturan hukum tidak bisa disamakan dengan standar perasaan.

"Jangan kemana-mana orientasi standarnya hukum jangan diukur standar perasaan, gak ketemu," kata dia.

Dalam UU Pemilu pun sudah jelas mengatur bahwa presiden dan wakil presiden diperbolehkan untuk ikut kampanye selama tidak menggunakan fasilitas negara, kecuali dalam hal pengamanan. Namun, presiden dan pejabat publik lainnya juga masih harus menjalankan kewajibannya sebagai pejabat publik dengan baik dan penuh tanggung jawab.

"Untuk itu menteri yang berkaitan menjalankan kampanye dalam kondisi cuti, ya tapi setelah itu menjalankan tugas sebagaimana yang diamanatkan, tetap sebaik-baiknya," lanjutnya.

Moeldoko mengatakan, seorang presiden sudah disumpah untuk menjalankan kewajiban dan tugas-tugasnya dengan baik dan seadil-adilnya. Selain itu, ia juga menilai, pernyataan Jokowi tersebut hanya untuk memberikan pelajaran berdemokrasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement