REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Badan pengungsi PBB di Palestina (UNRWA) mengatakan pusat pelatihan vokasinya di Khan Younis, selatan Gaza sudah dikepung Israel selama lima hari. Aktivitas militer itu menimbulkan banyak korban kematian dan luka.
"Sejak awal perang penampungan ini sudah 22 kali terdampak secara langsung dan tidak langsung aktivitas militer," kata UNRWA seperti dikutip dari Aljazirah, Jumat (26/1/2024).
BACA JUGA: Indonesia Tantang Australia di Babak 16 Besar Piala Asia 2023, Ini Jadwal Lengkapnya
Lembaga PBB mengatakan setidaknya sudah 13 orang meninggal dan 56 orang terluka saat Israel menyerang bangunan yang menampung 800 pengungsi Palestina pada Rabu (24/1/2024) lalu. Bangunan ini dihantam serangan langsung yang menurut kepala UNRWA Thomas White dilakukan oleh tank Israel.
Militer Israel mengatakan mereka sedang menyelidiki insiden tersebut, namun menambahkan saat iini mereka mengesampingkan kemungkinan pesawat atau artileri Israel bertanggung jawab.
Israel justru menuduh Hamas yang menggelar serangan tersebut. Amerika Serikat (AS) mengecam serangan ke fasilitas UNRWA.
Pada Kamis (26/1/2024) Wakil Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan Washington prihatin atas serangan Israel ke pusat pelatihan PBB yang menampung pengungsi di Khan Younis, Gaza.
Ia mengulang seruan AS yang meminta Israel melindungi warga sipil, pekerja kemanusiaan dan fasilitas bantuan. "Kami menyesalkan serangan hari ini ke pusat pelatihan PBB di Khan Younis," kata Patel dalam konferensi pers.
Ia menyebut serangan itu sangat memprihatinkan. Direktur lembaga bantuan untuk pengungsi PBB di Palestina (UNRWA) mengatakan sembilan warga Palestina tewas dan 75 lainnya terluka saat dua peluru tank menghantam gedung yang menampung sekitar 800 orang di selatan Jalur Gaza.
"Warga sipil harus dilindungi dan sifat terlindungi fasilitas PBB harus dihormati, dan pekerja kemanusiaan harus dilindungi sehingga mereka dapat terus memberikan bantuan kemanusiaan yang dapat menyelamatkan nyawa ke warga sipil yang sangat mereka butuhkan," kata Patel.