REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kandungan Alquran mencakup segala aspek dalam kehidupan, tak terkecuali ihwal kepemimpinan. Ulama tafsir Prof Quraish Shihab menjelaskan hal tersebut dalam Tafsir Al-Mishbah, dalam tafsirnya pada ayat 73 Surat Al Anbiya.
Allah SWT berfirman:
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ
"Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah." (QS. Al Anbiya ayat 73)
Prof Quraish menjelaskan, kata a-immah adalah bentuk jamak dari kata 'imaam' yang seakar dengan kata 'amaam' yang berarti di depan, dan 'umm' yang berarti ibu. Siapa yang di depan biasanya diikuti atau dirujuk. 'Umm' atau 'ibu' menjadi tempat kembali anak.
"Imam pun demikian. Ia diteladani dalam sikap dan perbuatannya. Nabi SAW bersabda, 'Tidak lain tujuan dari adanya imam, kecuali agar ia diteladani'," jelas Prof Quraish.
Adapun kata 'yahduuna' pada ayat tersebut tidak dirangkaikan dengan kata 'ilaa'. Ini mengandung makna tersendiri karena, bila kata itu disertai dengan kata 'ila' yang memiliki arti 'menuju' atau 'kepada', maka mengisyaratkan bahwa yang diberi petunjuk belum berada dalam jalan yang benar.
Jika tidak menggunakan kata 'ila', terang Prof Quraish, maka umumnya ini mengisyaratkan bahwa yang diberi petunjuk telah berada dalam jalan yang benar, meski belum sampai pada tujuan. Karena itu, masih diberi petunjuk yang lebih jelas untuk menjamin sampainya ke tujuan.
"Jika pendapat ini diterima, ayat di atas (Al Anbiya ayat 73) mengisyaratkan bahwa yang memberi petunjuk tersebut memiliki kemampuan yang melebihi rata-rata anggota masyarakatnya sehingga dia membimbing mereka ke arah yang lebih baik dan sempurna," jelasnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata 'hidayah' yang menggunakan kata 'ila' hanya mengandung makna pemberitahuan. Sedangkan jika tanpa 'ila', pemberi hidayah tidak hanya menunjuk jalan yang seharusnya ditempuh, tetapi juga mengantar ke jalan tersebut.
"Dengan menggabung dua pendapat di atas, kita dapat berkata bahwa seseorang yang menjadi imam haruslah memiliki keistimewaan melebihi para pengikutnya. Tidak hanya memiliki kemampuan menjelaskan petunjuk, tetapi juga kemampuan mengantar para pengikutnya menuju arah yang baik," papar Prof Quraish.
Dalam tafsirnya atas ayat 73 Surat Al Anbiya, Prof Quraish juga menyampaikan, seseorang yang imam atau teladan atau pemimpin, hendaknya memiliki kepribadian yang luhur. "Serta akhlak mulia sesuai tuntunan ilahi," jelasnya.