Jumat 26 Jan 2024 19:05 WIB

Guru Besar UPH Gagas Solusi Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Tembaga

Pencemaran akibat limbah tembaga merusak SDM penerus keberlangsungan bangsa

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi pencemaran akibat limbah.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Ilustrasi pencemaran akibat limbah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Universitas Pelita Harapan (UPH) kembali mencetak satu guru besar lagi dengan dikukuhkannya Wahyu Irawati sebagai Guru Besar Mikrobiologi UPH. Dalam orasi ilmiahnya, Irawati berfokus pada isu pencemaran lingkungan oleh tembaga yang semakin hari semakin meresahkan, yang dapat merusak ekosistem perairan dan mengancam kesehatan manusia.

“Tembaga merupakan salah satu pencemar yang paling banyak di Indonesia. Hasil laporan penelitian menunjukkan beberapa sungai di Indonesia sudah tercemar tembaga melebihi ambang batas,” ucap Irawati dalam siaran pers, Jumat (26/1/2024). 

Baca Juga

Dia menerangkan, kasus pencemaran yang paling parah terjadi pada 1996, yaitu di Pantai Timur Surabaya, Jawa Timur. Di mana diketahui hasil penelitian menunjukkan ikan dan kerang di sekitar pantai tersebut telah mengandung tembaga dengan kandungan 2-5 kali lipat dari ambang batas yang diperbolehkan oleh World Health Organization (WHO). 

“Tembaga yang memiliki kandungan toksin (racun) dapat menyebabkan kegagalan sistem saraf dan otak manusia, gagal jantung dan hati, gangguan reproduksi, tumor, kanker, dan penyakit Wilson,” jelas dia. 

Lebih lanjut, Irawati menyoroti tiga metode pengolahan limbah yang umum diterapkan di Indonesia, yaitu metode kimia, fisiokimia, dan biologis atau bioremediasi. Di antara ketiganya, Ira menegaskan, bioremediasi menjadi pilihan paling ekonomis dan ramah lingkungan. Itu menjadi dasar penggunaannya bakteri indigen oleh Ira dalam menangani limbah tembaga. 

Dalam penelitiannya, dia juga menjelaskan tingkat keberhasilan metode pengelolaan limbah biologis dengan menggunakan konsorsium bakteri sebagai agen bioremediasi sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi sinergis atau antagonis antara populasi bakteri yang berbeda dalam limbah. Irawati sendiri sudah lebih dari 30 tahun lamanya tertarik dan meneliti bakteri yang resisten tembaga. 

Penemuannya memang masih harus melewati penelitian yang panjang hingga layak diterapkan dalam industri. Namun, penelitian Irawati menjadi angin segar yang dapat menunjang program pemerintah demi menanggulangi pencemaran lingkungan, khususnya tembaga. 

Rektor UPH Jonathan L Parapak menyampaikan apresiasinya kepada Irawati yang kini menjadi Guru Besar ke-32 di UPH. Dia mengaku bangga dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawatir yang mengangkat isu lingkungan, suatu aspek yang sangat relevan dengan situasi saat ini di Indonesia dan global. 

“Kami juga memberikan penghargaan pada dedikasinya dalam mendukung visi dan misi UPH untuk melahirkan lebih dari 3.000 guru yang siap mengajar di seluruh Nusantara. Selamat kepada Prof Ira atas prestasinya," ucapnya. 

Upacara pengukuhan itu juga dihadiri oleh perwakilan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III Prita Ekasari. Dia menyampaikan apresiasi atas capaian jenjang akademik tertinggi yang berhasil diraih Ira. Prita memberikan selamat kepada UPH yang terus berkomitmen menghasilkan para guru besar.  

“LLDIKTI memiliki komitmen tinggi untuk mendorong perguruan tinggi agar menambah jumlah guru besar. Hadirnya guru besar ini semakin meningkatkan mutu pendidikan dari perguruan tinggi tersebut,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement