Jumat 26 Jan 2024 20:08 WIB

Aturan Uni Eropa Dinilai Gagal Kurangi Emisi Karbon dari Kendaraan Bermotor

Emisi karbon Uni Eropa di sektor transportasi terus meningkat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Sejak tahun 2012, mobil-mobil yang dijual di Uni Eropa harus memenuhi target untuk membatasi emisi karbon dioksida (CO2).
Foto: www.pixabay.com
Sejak tahun 2012, mobil-mobil yang dijual di Uni Eropa harus memenuhi target untuk membatasi emisi karbon dioksida (CO2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mobil-mobil berukuran besar dan berperforma tinggi dinilai telah mengagalkan target pengurangan emisi Uni Eropa, demikian menurut laporan dari auditor internal blok tersebut. Dalam beberapa waktu terakhir, Uni Eropa telah membuat aturan yang lebih ketat guna mengekang emisi dari berbagai sektor termasuk kendaraan.

Sejak tahun 2012, mobil-mobil yang dijual di Uni Eropa harus memenuhi target untuk membatasi emisi karbon dioksida (CO2). Namun hal ini hanya berdampak kecil lantaran emisi dari kendaraan diesel sejak saat itu tetap stabil dan hanya terjadi sedikit penurunan sebesar 4,6 persen untuk kendaraan bensin, demikian menurut laporan dari European Court of Auditors.

Baca Juga

"Peningkatan berkelanjutan dalam teknologi mesin dan pengenalan hybrid powertrain telah membuat mesin lebih efisien. Tetapi, peningkatan massa kendaraan ditambah dengan mesin yang lebih bertenaga, jauh lebih besar daripada kemajuan teknologi yang dibuat," kata laporan tersebut seperti dilansir Phys, Jumat (26/1/2024).

Laporan tersebut menghitung bahwa rata-rata massa mobil meningkat sekitar 10 persen antara tahun 2011 dan 2022, sementara tenaga mesin meningkat 25 persen. Emisi mobil baru mulai turun secara signifikan pada tahun 2020.

"Hal ini terutama disebabkan oleh penyerapan kendaraan listrik yang signifikan, sementara emisi CO2 di dunia nyata dari mobil dengan mesin pembakaran belum turun," kata laporan itu.

Laporan tersebut juga menyalahkan hasil buruk dari peraturan yang ada karena memberi peluang untuk melakukan pengujian di laboratorium, yang kemudian dapat dimanipulasi oleh para produsen mobil untuk keuntungan mereka. Ini tentunya dapat menyebabkan kesenjangan yang sangat besar dalam hal emisi di jalan raya.

Masalah ini pernah terjadi pada tahun 2015, ketika regulator AS memanggil Volkswagen karena menggunakan perangkat lunak untuk mengurangi emisi selama pengujian laboratorium. Ini dikenal juga sebagai skandal Dieselgate.

Pengujian terbaru yang lebih ketat kemudian diperkenalkan, namun hal itu tidak menghilangkan kesenjangan dengan kondisi mengemudi di dunia nyata.

Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun Uni Eropa telah berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca di banyak bidang selama tiga dekade terakhir, emisi CO2 di sektor transportasi terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah armada kendaraan dan emisi per kendaraan yang tidak turun.

Dikatakan bahwa sektor transportasi menyumbang 23 persen dari total emisi gas rumah kaca Uni Eropa pada tahun 2021, dengan mobil penumpang bertanggung jawab atas lebih dari setengahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement